Book Creator

Prototype

by Haidar Tanaya

Cover

Loading...
The
Loading...
SEJARAH
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Loading...
Haidar Trisna Tanaya
Loading...
Loading...
Comic Panel 1
Buku ini akan mengajak kalian untuk menelusuri masa akhir Hindia Belanda hingga awal masuknya Jepang. Periode ini cukup penting dalam sejarah Indonesia
Comic Panel 1
Daftar Isi
Bagian I Masa Akhir Hindia Belanda

Bagian II Runtuhnya Hindia Belanda

Bagian III Awal Masuknya Jepang
Menjelang Masa Akhir Hindia Belanda
Hindia Belanda dalam kondisi serba sulit, baik secara Ekonomi, Sosial, Politik maupun Keamanan

Hindia Belanda menjelang masa akhir dipimpin oleh Gubernur Jenderal yang bersifat represif. Tindakan Gubernur Jenderal De Jonge bukan tanpa alasan, banyak faktor yang melatarbelakangi perlunya tindakan tersebut. Banyaknya gerakan menuju kemerdekaan yang merongrong Pemerintah Kolonial menyebabkan De Jonge harus mengambil tindakan tegas.

Hindia Belanda pada masa-masa tersebut berada dalam kondisi yang sulit, baik secara ekonomi, politik hingga sosial. Depresi Ekonomi yang menghantam pada tahun 1920-an menyebabkan naiknya angka kemiskinan. Naiknya angka kemiskinan tentunya berdampak pada naiknya angka kriminalitas dan aksi-aksi politik dari tokoh maupun organisasi politik pergerakan nasional.

Politik Etis yang diterapkan pada awal 1900-an pada kenyataanya justru menjadi bumerang bagi pemerintah Kolonial. Munculnya generasi terdidik menimbulkan semangat nasionalisme dan kesadaran berbangsa serta bersatu untuk merdeka. Tokoh- tokoh terdidik hasil politik Etis ini lah yang kemudian membentuk organisasi politik yang menjadi wadah baru bagi pergerakan masyarakat yang terjajah.

Kondisi ini membawa Pemerintah Kolonial kembali ke tangan kelompok konservatif yang bersifat represif terhadap segala bentuk pergerakan. Banyak tokoh-tokoh pergerakan seperti Hatta dan Syahrir dibuang ke Digul. Kondisi ini menyebabkan sentimen anti Pemerintah Kolonial semakin naik dari waktu ke waktu
Kondisi Anak-Anak Masa Kolonial
Kondisi masyarakat masa kolonial cukup menderita. Penderitaan ini disebabkan banyak faktor seperti diskriminasi pekerjaan dan akses pendidikan. Penderitaan ini juga dialami oleh anak-anak Pribumi pada umumnya yang mewarisi penderitaan dari orang tua dan lingkungannya.

nah, untuk lebih tau mengenai kondisi anak-anak Pribumi pada masa kolonial. Yuk dengarkan audio di bawah ini
Comic Panel 1
Comic Panel 1
Comic Panel 1
Masa Akhir Hindia Belanda
Memanasnya kondisi internasional, terutama terkait meningkatnya aktivitas ekspansi Jerman dan Jepang menjelang Perang Dunia II menyebabkan Belanda mengambil tindakan

Jerman dan Jepang menjadi dua negara fasis yang mengejutkan dunia internasional akibat aksi ekspansionisnya. Kondisi ini memiliki kaitan dengan dunia hubungan internasional dan diplomatik. Berangkat dari kondisi ini, diperlukan Gubernur Jenderal dari kalangan diplomat yang mampu memahami fluktuasi hubungan antar negara yang naik turun dan memanas. Pilihan Belanda jatuh kepada Tjarda yang merupakan diplomat muda. Belanda berharap dapat menjaga netralitasnya seperti saat Perang Dunia I tatkala Perang Dunia II nanti pecah di Eropa.

Di Hindia Belanda kondisi juga mulai tidak tenang karena adanya ancaman ekspansi Jepang ke Hindia Belanda. Beberapa tokoh pergerakan juga menunjukkan simpati terhadap Jepang terutama pada tokoh-tokoh Parindra dan Partai Fasis Indonesia. Sentimen masyarakat Pribumi yang menunjukkan rasa tidak suka terhadap Pemerintah Kolonial menyebabkan permasalahan tersendiri.

Gubernur Jenderal Tjarda pada hakikatnya seorang etisi, namun juga dalam beberapa kondisi bersifat konservatif. Sebagai seorang Etisi, Tjarda mencoba memikat hati masyarakat Pribumi dengan kebijakan-kebijakan etis. Di sisi lain, sikap konservatifnya terutama terkait layanan wajib militer bagi Pribumi terlihat jelas dengan menolak usulan Volksraad terkati milisi Pribumi.

Gubernur Tjarda dituntut oleh Pemerintah Belanda untuk mempertahankan Hindia Belanda, apapun taruhannya. Di Sisi lain tidak banyak hal yang ia bisa lakukan selain mengikuti arahan dari Belanda.

Posisi Tjarda semakin sulit tatkala Hindia Belanda harus ikut dalam aliansi militer sekutu di kawasan Asia Tenggara atau ABDACOM. Hal ini bertentangan dengan tujuan Tjarda untuk membuat Hindia Belanda tetap netral. Pada satu kurun waktu yang sama antara tahun 1940-1941 Hindia Belanda menjalankan dua sikap politik, menjalin kerjasama dengan Jepang dalam perdagangan dan menjalin aliansi dengan ABDACOM
PrevNext