pendahuluan
Robert Whittaker mengemukakan sistem 5 kingdom, kingdom Protista hanya beranggotakan organisme Eukariota yang uniseluler.
Protista berasal dari bahasa Yunani yang berarti “yang paling pertama”
Protista berasal dari bahasa Yunani yang berarti “yang paling pertama”
Protista adalah mikroorganisme eukariota yang bukan hewan, tumbuhan, atau fungi.
Protista adalah kelompok organisme yang memiliki ciri-ciri uniseluler atau multiseluler, inti sel bersifat eukariotik, yaitu memiliki membran inti, memiliki dinding sel atau tidak, cara hidup secara fotoautotrof atau heterotrof, bersifat aerob atau anaerob, Hidup bebas atau bersimbiosis, Reproduksi secara seksual dengan konjugasi dan aseksual dengan pembelahan biner.
Berdasarkan sifat-sifatnya, Protista dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
1. Protista mirip hewan (Protozoa),
2. Protista mirip jamur, dan
3. Protista mirip tumbuhan (Alga).
Protista memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan.
Protista adalah kelompok organisme yang memiliki ciri-ciri uniseluler atau multiseluler, inti sel bersifat eukariotik, yaitu memiliki membran inti, memiliki dinding sel atau tidak, cara hidup secara fotoautotrof atau heterotrof, bersifat aerob atau anaerob, Hidup bebas atau bersimbiosis, Reproduksi secara seksual dengan konjugasi dan aseksual dengan pembelahan biner.
Berdasarkan sifat-sifatnya, Protista dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
1. Protista mirip hewan (Protozoa),
2. Protista mirip jamur, dan
3. Protista mirip tumbuhan (Alga).
Protista memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan.
Protista adalah mikroorganisme eukariota yang bukan hewan, tumbuhan, atau fungi.
Protista adalah kelompok organisme yang memiliki ciri-ciri uniseluler atau multiseluler, inti sel bersifat eukariotik, yaitu memiliki membran inti, memiliki dinding sel atau tidak, cara hidup secara fotoautotrof atau heterotrof, bersifat aerob atau anaerob, Hidup bebas atau bersimbiosis, Reproduksi secara seksual dengan konjugasi dan aseksual dengan pembelahan biner.
Berdasarkan sifat-sifatnya, Protista dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
1. Protista mirip hewan (Protozoa),
2. Protista mirip jamur, dan
3. Protista mirip tumbuhan (Alga).
Protista memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan.
Protista adalah kelompok organisme yang memiliki ciri-ciri uniseluler atau multiseluler, inti sel bersifat eukariotik, yaitu memiliki membran inti, memiliki dinding sel atau tidak, cara hidup secara fotoautotrof atau heterotrof, bersifat aerob atau anaerob, Hidup bebas atau bersimbiosis, Reproduksi secara seksual dengan konjugasi dan aseksual dengan pembelahan biner.
Berdasarkan sifat-sifatnya, Protista dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu
1. Protista mirip hewan (Protozoa),
2. Protista mirip jamur, dan
3. Protista mirip tumbuhan (Alga).
Protista memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan.
Ciri Protista
1. Bersifat eukarotik, yaitu inti diselubungi membran inti serta organel-organelnya dikelilingi membran
2. Respirasi secara aerobik
3. Sebagian besar bersifat uniseluler
4. Ada yang bereproduksi secara aseksual dan ada yang secara seksual
5. Ada yang hidup bebas dan ada yang bersimbiosis
6. Kebanyakan hidup di perairan, baik yang berair asin maupun air tawar
2. Respirasi secara aerobik
3. Sebagian besar bersifat uniseluler
4. Ada yang bereproduksi secara aseksual dan ada yang secara seksual
5. Ada yang hidup bebas dan ada yang bersimbiosis
6. Kebanyakan hidup di perairan, baik yang berair asin maupun air tawar
Klik sound di atas
Loading...
protista mirip jamurLoading...
Protista mirip jamur merupakan protista heterotrof yang memperoleh makanan dari organisme lain dengan cara menguraikan atau menelan makanannya.Protista mirip jamur bukan merupakan jamur sejati karena memiliki susunan sel, cara reproduksi, dan siklus hidup yang berbeda dari jamur.
Akan tetapi, kelompok protista jenis ini memiliki bentuk seperti jamur sejati yang membentuk sporangia atau membentuk filamen yang menyerupai hifa. Hifa ini merupakan sel-sel yang memanjang membentuk benang sebagai penyusun tubuh jamur makroskopis. Beberapa dari protista mirip jamur berukuran kecil dan hidup di lingkungan yang lembab atau basah,
Loading...
Protista mirip jamur dibedakan menjadi 2 kelompok yakni :A. Mycomycota (Jamur Lendir)
B. Oomycota (Jamur Air).
Loading...
Loading...
Protista mirip jamur dibedakan menjadi 2 kelompok yakni :A. Mycomycota (Jamur Lendir)
B. Oomycota (Jamur Air).
Loading...
A. Myxomycota (Jamur Lendir)
Myxomycota disebut dengan jamur lendir karena memiliki protoplasma tanpa dinding sel.
Myxomycota adalah kelompok jenis jamur lendir yang berwarna kuning karena memiliki pigmen berwarna kuning atau oranye.
Myxomycota bersifat heterotrof, memiliki bentuk tubuh seperti lendir (plasmodium), dan dapat bergerak-gerak seperti amoeba (Amoeboid)
Myxomycota dapat hidup di tempat yang lembab dan basah seperti hutan basah atau sampah yang basah. Kelompok ini juga dapat ditemui di batang kayu yang busuk
Myxomycota disebut dengan jamur lendir karena memiliki protoplasma tanpa dinding sel.
Myxomycota adalah kelompok jenis jamur lendir yang berwarna kuning karena memiliki pigmen berwarna kuning atau oranye.
Myxomycota bersifat heterotrof, memiliki bentuk tubuh seperti lendir (plasmodium), dan dapat bergerak-gerak seperti amoeba (Amoeboid)
Myxomycota dapat hidup di tempat yang lembab dan basah seperti hutan basah atau sampah yang basah. Kelompok ini juga dapat ditemui di batang kayu yang busuk
Reproduksi myxomycota dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif.
Pada reproduksi generatif, akan melibatkan peleburan sel gamet dengan cara singami.
Sedangkan, pada reproduksi vegetatif dilakukan dengan spora yang nantinya akan membentuk sel gamet.
Spora sendiri adalah satu atau beberapa sel yang bisa berupa sel haploid atau diploid yang dibungkus oleh lapisan pelindung.
Contoh myxomycota antara lain Physarum polycephalum dan Dictyostelium discoideum yang keduanya berfungsi sebagai pengurai sampah organik serta pemakan bakteri.
Pada reproduksi generatif, akan melibatkan peleburan sel gamet dengan cara singami.
Sedangkan, pada reproduksi vegetatif dilakukan dengan spora yang nantinya akan membentuk sel gamet.
Spora sendiri adalah satu atau beberapa sel yang bisa berupa sel haploid atau diploid yang dibungkus oleh lapisan pelindung.
Contoh myxomycota antara lain Physarum polycephalum dan Dictyostelium discoideum yang keduanya berfungsi sebagai pengurai sampah organik serta pemakan bakteri.
Reproduksi myxomycota dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara generatif dan vegetatif.
Pada reproduksi generatif, akan melibatkan peleburan sel gamet dengan cara singami.
Sedangkan, pada reproduksi vegetatif dilakukan dengan spora yang nantinya akan membentuk sel gamet.
Spora sendiri adalah satu atau beberapa sel yang bisa berupa sel haploid atau diploid yang dibungkus oleh lapisan pelindung.
Contoh myxomycota antara lain Physarum polycephalum dan Dictyostelium discoideum yang keduanya berfungsi sebagai pengurai sampah organik serta pemakan bakteri.
Pada reproduksi generatif, akan melibatkan peleburan sel gamet dengan cara singami.
Sedangkan, pada reproduksi vegetatif dilakukan dengan spora yang nantinya akan membentuk sel gamet.
Spora sendiri adalah satu atau beberapa sel yang bisa berupa sel haploid atau diploid yang dibungkus oleh lapisan pelindung.
Contoh myxomycota antara lain Physarum polycephalum dan Dictyostelium discoideum yang keduanya berfungsi sebagai pengurai sampah organik serta pemakan bakteri.
Siklus hidup Myxomycota
1. Plasmodium tumbuh dewasa dan membentuk jaringan agar mendapatkan makanan dan oksigen lebih banyak.
2. Pada saat kondisi lingkungan kurang menguntungkan (misalnya saat kekeringan), plasmodium dewasa membentuk sporangium bertangkai (stalk). Plasmodium dewasa memiliki kromosom diploid (2n).
2. Pada saat kondisi lingkungan kurang menguntungkan (misalnya saat kekeringan), plasmodium dewasa membentuk sporangium bertangkai (stalk). Plasmodium dewasa memiliki kromosom diploid (2n).
3. Di dalam sporangium terjadi pembelahan secara meiosis dan menghasilkan spora yang haploid (n). Spora ini tahan terhadap kekeringan.
4. Bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan berkecambah membentuk sel aktif yang haploid (n).
5. Sel-sel aktif tersebut memiliki bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi sel amoeboid atau sel berflagela.
6. Terjadi singami antara sel-sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami menghasilkan zigot yang berkromosom diploid (2n).
7. Nukleus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara mitosis tanpa disertai pembelahan sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang diploid (2n).
4. Bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan berkecambah membentuk sel aktif yang haploid (n).
5. Sel-sel aktif tersebut memiliki bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi sel amoeboid atau sel berflagela.
6. Terjadi singami antara sel-sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami menghasilkan zigot yang berkromosom diploid (2n).
7. Nukleus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara mitosis tanpa disertai pembelahan sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang diploid (2n).
3. Di dalam sporangium terjadi pembelahan secara meiosis dan menghasilkan spora yang haploid (n). Spora ini tahan terhadap kekeringan.
4. Bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan berkecambah membentuk sel aktif yang haploid (n).
5. Sel-sel aktif tersebut memiliki bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi sel amoeboid atau sel berflagela.
6. Terjadi singami antara sel-sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami menghasilkan zigot yang berkromosom diploid (2n).
7. Nukleus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara mitosis tanpa disertai pembelahan sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang diploid (2n).
4. Bila kondisi lingkungan membaik, maka spora akan berkecambah membentuk sel aktif yang haploid (n).
5. Sel-sel aktif tersebut memiliki bentuk yang berbeda dan dapat berubah menjadi sel amoeboid atau sel berflagela.
6. Terjadi singami antara sel-sel yang memiliki bentuk yang sama. Singami menghasilkan zigot yang berkromosom diploid (2n).
7. Nukleus (inti) zigot yang diploid (2n) membelah secara mitosis tanpa disertai pembelahan sitoplasma membentuk plasmodium pemakan yang diploid (2n).
Siklus hidup myxomycota
& oomycota
& oomycota
B. Oomycota (Jamur Air)
Oomycota memiliki bentuk yang berbeda dari jamur lendir karena memiliki hifa yang tidak bersekat tetapi memiliki dinding sel yang terbuat dari selulosa.
Habitat oomycota berada di dalam air, baik itu perairan tawar, kolam, danau, serta di tempat-tempat yang lembab.
Reproduksi oomycota dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara aseksual atau seksual.
Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara membentuk spora yang disebut dengan zoospora. Sedangkan, reproduksi seksual dilakukan dengan cara pembentukan gamet yang kemudian akan berubah menjadi zigot. Nantinya, zigot ini akan membentuk oospora dan akan berkembang menjadi oomycota dewasa.
Oomycota memiliki bentuk yang berbeda dari jamur lendir karena memiliki hifa yang tidak bersekat tetapi memiliki dinding sel yang terbuat dari selulosa.
Habitat oomycota berada di dalam air, baik itu perairan tawar, kolam, danau, serta di tempat-tempat yang lembab.
Reproduksi oomycota dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara aseksual atau seksual.
Reproduksi aseksual dilakukan dengan cara membentuk spora yang disebut dengan zoospora. Sedangkan, reproduksi seksual dilakukan dengan cara pembentukan gamet yang kemudian akan berubah menjadi zigot. Nantinya, zigot ini akan membentuk oospora dan akan berkembang menjadi oomycota dewasa.