Loading...
KE-NWDI-ANLoading...



TGKH. M. ZAINUDDIN ABDUL MADJID
Tuan Guru Kyai Haji Zainuddin Abdul Madjid yang nama kecilnya Muhammad Saggaf dilahirkan pada hari Rabu, 17 Rabi’ul Awwal 1326 H /1904 M, di Kampung Bermi, Desa Pancor, Kecamatan Rarang Timur (sekarang Kecamatan Selong) Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Muhammad Saggaf alias TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang namanya disingkat HAMZANWADI (Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah).
Penamaan Muhammad Saggaf memiliki cerita cukup unik. Tiga hari menjelang kelahirannya, ayahnya didatangi oleh dua orang wali yang berasal dari Hadlramaut dan Maghrabi. Kedua wali tersebut secara kebetulan namanya sama, yakni Saggaf. Keduanya berpesan kepada TGH. Abd. Madjid, jika mempunyai anak, agar diberi nama Saggaf.
Pendidikan Lokal
Pengembaraan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menuntut ilmu pengetahuan berawal dari pendidikan dalam keluarga, yakni dengan belajar mengaji (membaca Al-qur’an) dan berbagai ilmu agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh ayahnya, yang dimulai sejak berusia 5 tahun. Baru setelah berusia 9 tahun, ia memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun 1919 M.
Setelah menamatkan pendidikan formalnya, ia kemudian diserahkan oleh ayahnya untuk menuntut ilmu agama yang lebih luas dari beberapa kyai lokal, antara lain TGH. Syarafudin, TGH. M. Said, dan TG. Abdullah bin Amaq Dulaji.
Tuan Guru Kyai Haji Zainuddin Abdul Madjid yang nama kecilnya Muhammad Saggaf dilahirkan pada hari Rabu, 17 Rabi’ul Awwal 1326 H /1904 M, di Kampung Bermi, Desa Pancor, Kecamatan Rarang Timur (sekarang Kecamatan Selong) Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Muhammad Saggaf alias TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang namanya disingkat HAMZANWADI (Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah).
Penamaan Muhammad Saggaf memiliki cerita cukup unik. Tiga hari menjelang kelahirannya, ayahnya didatangi oleh dua orang wali yang berasal dari Hadlramaut dan Maghrabi. Kedua wali tersebut secara kebetulan namanya sama, yakni Saggaf. Keduanya berpesan kepada TGH. Abd. Madjid, jika mempunyai anak, agar diberi nama Saggaf.
Pendidikan Lokal
Pengembaraan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menuntut ilmu pengetahuan berawal dari pendidikan dalam keluarga, yakni dengan belajar mengaji (membaca Al-qur’an) dan berbagai ilmu agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh ayahnya, yang dimulai sejak berusia 5 tahun. Baru setelah berusia 9 tahun, ia memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun 1919 M.
Setelah menamatkan pendidikan formalnya, ia kemudian diserahkan oleh ayahnya untuk menuntut ilmu agama yang lebih luas dari beberapa kyai lokal, antara lain TGH. Syarafudin, TGH. M. Said, dan TG. Abdullah bin Amaq Dulaji.
TGKH. M. ZAINUDDIN ABDUL MADJID
Tuan Guru Kyai Haji Zainuddin Abdul Madjid yang nama kecilnya Muhammad Saggaf dilahirkan pada hari Rabu, 17 Rabi’ul Awwal 1326 H /1904 M, di Kampung Bermi, Desa Pancor, Kecamatan Rarang Timur (sekarang Kecamatan Selong) Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Muhammad Saggaf alias TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang namanya disingkat HAMZANWADI (Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah).
Penamaan Muhammad Saggaf memiliki cerita cukup unik. Tiga hari menjelang kelahirannya, ayahnya didatangi oleh dua orang wali yang berasal dari Hadlramaut dan Maghrabi. Kedua wali tersebut secara kebetulan namanya sama, yakni Saggaf. Keduanya berpesan kepada TGH. Abd. Madjid, jika mempunyai anak, agar diberi nama Saggaf.
Pendidikan Lokal
Pengembaraan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menuntut ilmu pengetahuan berawal dari pendidikan dalam keluarga, yakni dengan belajar mengaji (membaca Al-qur’an) dan berbagai ilmu agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh ayahnya, yang dimulai sejak berusia 5 tahun. Baru setelah berusia 9 tahun, ia memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun 1919 M.
Setelah menamatkan pendidikan formalnya, ia kemudian diserahkan oleh ayahnya untuk menuntut ilmu agama yang lebih luas dari beberapa kyai lokal, antara lain TGH. Syarafudin, TGH. M. Said, dan TG. Abdullah bin Amaq Dulaji.
Tuan Guru Kyai Haji Zainuddin Abdul Madjid yang nama kecilnya Muhammad Saggaf dilahirkan pada hari Rabu, 17 Rabi’ul Awwal 1326 H /1904 M, di Kampung Bermi, Desa Pancor, Kecamatan Rarang Timur (sekarang Kecamatan Selong) Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Muhammad Saggaf alias TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, yang namanya disingkat HAMZANWADI (Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah).
Penamaan Muhammad Saggaf memiliki cerita cukup unik. Tiga hari menjelang kelahirannya, ayahnya didatangi oleh dua orang wali yang berasal dari Hadlramaut dan Maghrabi. Kedua wali tersebut secara kebetulan namanya sama, yakni Saggaf. Keduanya berpesan kepada TGH. Abd. Madjid, jika mempunyai anak, agar diberi nama Saggaf.
Pendidikan Lokal
Pengembaraan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menuntut ilmu pengetahuan berawal dari pendidikan dalam keluarga, yakni dengan belajar mengaji (membaca Al-qur’an) dan berbagai ilmu agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh ayahnya, yang dimulai sejak berusia 5 tahun. Baru setelah berusia 9 tahun, ia memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun 1919 M.
Setelah menamatkan pendidikan formalnya, ia kemudian diserahkan oleh ayahnya untuk menuntut ilmu agama yang lebih luas dari beberapa kyai lokal, antara lain TGH. Syarafudin, TGH. M. Said, dan TG. Abdullah bin Amaq Dulaji.
Pendidikan Di Tanah Suci Makkah
Untuk lebih memperdalam ilmu agama, ayahnya mengirim TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid untuk belajar di Tanah Suci Makkah. Sesampai di Tanah Suci, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid langsung mencari rumah kontrakan di Makkah. Beberapa setelah musim haji usai, TGH. Abd. Madjid mulai sibuk mencarikan guru buat anaknya. Sampailah pencarian TGH. Abd. Madjid pada sebuah halaqah. Syaikh yang mengajar di lingkaran tersebut bernama Syeikh Marzuki, yang saat itu berusia sekitar 50 tahun. Disanalah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid diserahkan untuk belajar.
Belajar Di Madrasah Al-Shaulatiyah
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid berkenalan dengan seseorang yang bernama Haji Mawardi dari Jakarta. Dari perkenalannya itu ia diajak masuk belajar di madrasah al-Shaulatiyah, yang saat itu dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah. Pada hari pertama masuknya ia bertemu dengan Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath.
Sudah menjadi tradisi, bahwa setiap thullab baru yang masuk, harus mengikuti tes masuk untuk menentukan kelas yang tepat dan cocok bagi thullab baru tersebut. Akhirnya TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid diuji langsung oleh Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath, setelah dites ia kemudian ditempat di kelas III, tapi beliau meminta ditempatkan di kelas II saja.
Selama belajar di al-Shaulatiyah beliau tekun dalam belajar dan berdiskusi, juga diakui oleh salah seorang teman sekelasnya Syaik Zakaria Abdullah Bila, beliau sangat kagum akan kecerdasan dan akhlak TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Pendidikan Di Tanah Suci Makkah
Untuk lebih memperdalam ilmu agama, ayahnya mengirim TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid untuk belajar di Tanah Suci Makkah. Sesampai di Tanah Suci, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid langsung mencari rumah kontrakan di Makkah. Beberapa setelah musim haji usai, TGH. Abd. Madjid mulai sibuk mencarikan guru buat anaknya. Sampailah pencarian TGH. Abd. Madjid pada sebuah halaqah. Syaikh yang mengajar di lingkaran tersebut bernama Syeikh Marzuki, yang saat itu berusia sekitar 50 tahun. Disanalah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid diserahkan untuk belajar.
Belajar Di Madrasah Al-Shaulatiyah
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid berkenalan dengan seseorang yang bernama Haji Mawardi dari Jakarta. Dari perkenalannya itu ia diajak masuk belajar di madrasah al-Shaulatiyah, yang saat itu dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah. Pada hari pertama masuknya ia bertemu dengan Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath.
Sudah menjadi tradisi, bahwa setiap thullab baru yang masuk, harus mengikuti tes masuk untuk menentukan kelas yang tepat dan cocok bagi thullab baru tersebut. Akhirnya TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid diuji langsung oleh Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath, setelah dites ia kemudian ditempat di kelas III, tapi beliau meminta ditempatkan di kelas II saja.
Selama belajar di al-Shaulatiyah beliau tekun dalam belajar dan berdiskusi, juga diakui oleh salah seorang teman sekelasnya Syaik Zakaria Abdullah Bila, beliau sangat kagum akan kecerdasan dan akhlak TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.
Guru-Guru
TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid berhasil menyelesaikan studinya di madrasah al-Shaulatiyah Makkah pada tahun 1351 H [193 M] dengan predikat istimewa. Selama belajar di Tanah Suci Makkah TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid telah berguru pada beberapa ulama besar, diantaranya:
a. Maulana wa Murabbina Abul Barakat al-‘Allamah al-Ushuli al-Muhaddits al-Shufi al-Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath.
b. Syaikh Umar Bajunaid al-Syafi’i.
c. Syaikh Marzuki al-Palembani.
d. Syaikh Mukhtar Batawi al-Syafi’i.