Loading...
PERANG DUNIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEHIDUPAN POLITIK GLOBAL (PERANG DUNIA 1)
Loading...

Loading...

Loading...
Penyusun : Yuliah, S.PdKelas : XI IPS 1-6


KOMPETENSI DASAR
3.6 menganalisis pengaruh Perang Dunia I dan Perang Dunia II terhadap kehidupan politik global (LBB dan PBB)
4.6 menyajikan hasil analisis tentang pengaruh Perang Dunia I dan Perang Dunia II terhadap kehidupan politik global (LBB dan PBB) dalam bentuk tulisan dan/atau media lain
4.6 menyajikan hasil analisis tentang pengaruh Perang Dunia I dan Perang Dunia II terhadap kehidupan politik global (LBB dan PBB) dalam bentuk tulisan dan/atau media lain
TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Menyajikan materi Perang Dunia 1
2. Menyajikan materi terjadinya Latar Belakang Perang Dunia 1
3. Menyajikan Proses berlangsungnya Perang Dunia 1
4. Menyajikan berakhirnya Perang Dunia 1
5. Menyajikan pengaruh Perang Dunia 1
2. Menyajikan materi terjadinya Latar Belakang Perang Dunia 1
3. Menyajikan Proses berlangsungnya Perang Dunia 1
4. Menyajikan berakhirnya Perang Dunia 1
5. Menyajikan pengaruh Perang Dunia 1
Langkah Pembelajaran, silahkan klik audio di samping ini :
1. PERANG DUNIA 1
Perang Dunia I terjadi pada tahun 1914 – 1918, Peperangan ini awalnya merupakan pertikaian antara dua aliansi negara-negara yang ada di Eropa, yaitu “Triple Alliance” dengan anggota: Jerman, Austria-Hongaria, Italia (keluar dan diganti dengan Turki Usmani) melawan “Triple Entente” dengan anggota Perancis, Rusia dan Inggris, baru pada tahun 1917, Amerika Serikat ikut membantu pihak Triple Entente sekaligus membantu mengakhiri perang.
2. LATARBELAKANG PERANG DUNIA 1
a) Persaingan Industri dan kekuatan militer antara negara Jerman dan Inggris
Jerman adalah kekaisaran besar selepas unifikasi Jerman dibawah pemerintahan kanselir Otto Von Bismarck pada tahun 1871, selepas berhasil menyatukan Jerman, baik yang berada di kawasan Germania, maupun yang berada di daerah negara lain, para kanselir penerus Otto Von Bismarck mulai melakukan berbagai politik ekspansi untuk memperkuat negaranya, begitupun dengan dengan negara eropa lain seperti Inggris, Inggris ketika itu telah mendominasi seperempat dunia dibawah penjajahannya dan semakin kuat di bidang kelautan.
Rasa terancam oleh kekuatan militer negara lain membuat Jerman semakin menggonjot produksi alat-alat persenjataan dan militernya, sejak 1910 hingga 1914 Jerman telah menaikkan anggaran pertahanannya sebanyak 73% dan hal ini membuat negara-negara Eropa lain, termasuk Inggris yang juga merasa terancam dengan kekuatan militer Jerman. Akhirnya negara-negara di Eropa saling memperkuat Angkatan bersenjatanya masing-masing.
Jerman adalah kekaisaran besar selepas unifikasi Jerman dibawah pemerintahan kanselir Otto Von Bismarck pada tahun 1871, selepas berhasil menyatukan Jerman, baik yang berada di kawasan Germania, maupun yang berada di daerah negara lain, para kanselir penerus Otto Von Bismarck mulai melakukan berbagai politik ekspansi untuk memperkuat negaranya, begitupun dengan dengan negara eropa lain seperti Inggris, Inggris ketika itu telah mendominasi seperempat dunia dibawah penjajahannya dan semakin kuat di bidang kelautan.
Rasa terancam oleh kekuatan militer negara lain membuat Jerman semakin menggonjot produksi alat-alat persenjataan dan militernya, sejak 1910 hingga 1914 Jerman telah menaikkan anggaran pertahanannya sebanyak 73% dan hal ini membuat negara-negara Eropa lain, termasuk Inggris yang juga merasa terancam dengan kekuatan militer Jerman. Akhirnya negara-negara di Eropa saling memperkuat Angkatan bersenjatanya masing-masing.
b) Politik aliansi antar negara-negara di Eropa
Aliansi-aliansi yang muncul di Eropa membuat suasana makin memanas karena masing-masing pihak selalu berupaya untuk terlihat lebih kuat daripada aliansi lain. Suasana ini merupakan bahan bakar yang sangat cukup untuk memulai sebuah perang. Italia merupakan satu-satunya negara yang ikut dalam aliansi Triple Alliance namun kemudian dalam Perang Dunia I dia keluar dan bergabung ke dalam aliansi Triple Entente, penyebabnya antara lain adalah Italia dijanjikan wilayah Dalmatia dapat menjadi wilayahnya oleh Inggris dan Perancis.
Aliansi-aliansi yang muncul di Eropa membuat suasana makin memanas karena masing-masing pihak selalu berupaya untuk terlihat lebih kuat daripada aliansi lain. Suasana ini merupakan bahan bakar yang sangat cukup untuk memulai sebuah perang. Italia merupakan satu-satunya negara yang ikut dalam aliansi Triple Alliance namun kemudian dalam Perang Dunia I dia keluar dan bergabung ke dalam aliansi Triple Entente, penyebabnya antara lain adalah Italia dijanjikan wilayah Dalmatia dapat menjadi wilayahnya oleh Inggris dan Perancis.
c) Etnosentrisme yang berlebihan
Etnosentrisme adalah rasa kebanggaan yang berlebihan terhadap etnis atau sukunya, paham ini muncul di awal abad ke XX baik dari pihak orang-orang Jerman maupun dari pihak orang-orang Slav, Orang Jerman melakukan unifikasi atau penyatuan yang berkeinginan menyatukan seluruh wilayah yang berbahasa Jerman kedalam satu kekaisaran, meskipun wilayah tersebut telah menjadi milik negara lain, sedangkan etnosentrisme muncul pula di kalangan orang-orang Slav, etnis Slav adalah penduduk yang tinggal di wilayah Rusia, Ukraina, hingga ke semenanjung Balkan, orang-orang Slav pada saat itu pula berkeinginan agar seluruh etnis slav, khususnya etnis Slavia selatan, bergabung di dalam satu negara, gerakan ini umumnya disebut Pan-Slavisme, sedangkan menjelang pecahnya Perang Dunia I, wilayah Bosnia merupakan wilayah milik dari kekaisaran Austria-Hongaria, kasus ini yang kemudian memancing berbagai peristiwa yang akan menjadi penyulut dari Perang Dunia I, yaitu penembakan terhadap Putra Mahkota Austria-Hongaria yang pada saat itu berada di Sarajevo, Ibukota Bosnia.
Etnosentrisme adalah rasa kebanggaan yang berlebihan terhadap etnis atau sukunya, paham ini muncul di awal abad ke XX baik dari pihak orang-orang Jerman maupun dari pihak orang-orang Slav, Orang Jerman melakukan unifikasi atau penyatuan yang berkeinginan menyatukan seluruh wilayah yang berbahasa Jerman kedalam satu kekaisaran, meskipun wilayah tersebut telah menjadi milik negara lain, sedangkan etnosentrisme muncul pula di kalangan orang-orang Slav, etnis Slav adalah penduduk yang tinggal di wilayah Rusia, Ukraina, hingga ke semenanjung Balkan, orang-orang Slav pada saat itu pula berkeinginan agar seluruh etnis slav, khususnya etnis Slavia selatan, bergabung di dalam satu negara, gerakan ini umumnya disebut Pan-Slavisme, sedangkan menjelang pecahnya Perang Dunia I, wilayah Bosnia merupakan wilayah milik dari kekaisaran Austria-Hongaria, kasus ini yang kemudian memancing berbagai peristiwa yang akan menjadi penyulut dari Perang Dunia I, yaitu penembakan terhadap Putra Mahkota Austria-Hongaria yang pada saat itu berada di Sarajevo, Ibukota Bosnia.
3. Proses berlangsungnya Perang Dunia 1
Ketika itu, Kekaisaran Autria-Hongaria telah menduduki Bosnia dan menjadikannya sebuah provinsi baru di kekaisaran tersebut, hal ini sangat bertentangan dengan kemauan kaum Pan-Slavisme, maka gerakan-gerakan yang memprotes pendudukan Austria-Hongaria di Bosnia terus dilancarkan oleh orangorang yang menganut paham Pan-Slavisme, salah satunya adalah menyabotase parade Putra Mahkota termasuk membunuhnya.
Pangeran Franz Ferdinand adalah putra mahkota dari Franz Joseph, pada Juni 1914, sedang melakukan kunjungan ke Sarajevo dalam rangka peresmian sebuah rumah sakit, namun ternyata kedatangannya telah ditunggu oleh kaum konspirator atau organisasi teroris yang berpaham Pan-Slavisme, organisasi ini dikenal dengan nama Black Hand.
Pangeran Franz Ferdinand adalah putra mahkota dari Franz Joseph, pada Juni 1914, sedang melakukan kunjungan ke Sarajevo dalam rangka peresmian sebuah rumah sakit, namun ternyata kedatangannya telah ditunggu oleh kaum konspirator atau organisasi teroris yang berpaham Pan-Slavisme, organisasi ini dikenal dengan nama Black Hand.
Penembakan terhadap putra mahkota Kekaisaran Austro-Hongaria yang bernama Franz Ferdinand di Sarajevo sontak membuat Kekaisaran Austria-Hongaria menjadi marah besar, Kaisarnya yaitu Franz Joseph, yang juga merupakan ayah dari Franz Ferdinand lantas menuding bahwa pembunuhan anaknya pasti didalangi oleh organisasi teroris yang disokong oleh para pejabat militer Serbia, Austria-Hongaria segera menargetkan amarahnya kepada Serbia yang dianggap bertanggung jawab terhadap pembunuhan anaknya tersebut.
Jerman, sebagai sekutu dari Austria-Hongaria berdiri di belakang AustriaHongaria dan menjaga agar negara-negara lain di Triple Entente tidak campur tangan terhadap krisis ini, malangnya, Rusia sebagai negara penyokong etnis Slav terbesar mau tidak mau harus terlibat dalam peperangan antara Austria-Hongaria, meskipun harus menghadapi sepupunya sendiri (Kaisar Wilhelm II dari Jerman). Ketika ultimatum dari Austria-Hongaria kepada Serbia tidak dipenuhi, tidak ada alasan lagi untuk Jerman dan Austria untuk tidak melakukan serangan ke Serbia, Perang Dunia I pun pecah.
Negara Rusia kini terseret dalam peperangan, sekutu-sekutunya yaitu Perancis dan Inggris pada awalnya masih berupaya tidak terseret dalam peperangan, Namun melihat adanya mobilisasi pasukan besar-besaran dari Jerman khususnya ke arah Barat (Perancis) maka Perancis pun mengambil ancang-ancang untuk menerima serangan dari Jerman, niat Perancis ini pun diperkuat dengan adanya keinginan untuk merebut kembali wilayah Alsace-Lorraine dari tangan Jerman. Sedangkan Inggris masih berupaya menyelesaikan krisis ini dengan jalur damai, bahkan Inggris menawarkan diri untuk membantu menggelar dialog antara Austria-Hongaria dan Serbia, Jerman menolak dan Austria-Hongaria menginginkan perang. Maka ketika akhirnya Jerman menyerbu Belgia sebagai langkah untuk menyerang Perancis, Inggris (yang terikat perjanjian dengan Belgia) harus menyatakan perang juga kepada Jerman.
Sedangkan Italia yang awalnya merupakan bagian dari Triple Alliance justru membantu Inggris dan Perancis untuk menyerang Jerman dan Austria-Hongaria,
Negara Rusia kini terseret dalam peperangan, sekutu-sekutunya yaitu Perancis dan Inggris pada awalnya masih berupaya tidak terseret dalam peperangan, Namun melihat adanya mobilisasi pasukan besar-besaran dari Jerman khususnya ke arah Barat (Perancis) maka Perancis pun mengambil ancang-ancang untuk menerima serangan dari Jerman, niat Perancis ini pun diperkuat dengan adanya keinginan untuk merebut kembali wilayah Alsace-Lorraine dari tangan Jerman. Sedangkan Inggris masih berupaya menyelesaikan krisis ini dengan jalur damai, bahkan Inggris menawarkan diri untuk membantu menggelar dialog antara Austria-Hongaria dan Serbia, Jerman menolak dan Austria-Hongaria menginginkan perang. Maka ketika akhirnya Jerman menyerbu Belgia sebagai langkah untuk menyerang Perancis, Inggris (yang terikat perjanjian dengan Belgia) harus menyatakan perang juga kepada Jerman.
Sedangkan Italia yang awalnya merupakan bagian dari Triple Alliance justru membantu Inggris dan Perancis untuk menyerang Jerman dan Austria-Hongaria,
karena pada tahun 1915, para pemimpin negara Inggris dan Perancis menjanjikan kepada Italia wilayah Dalmatia yang diduduki oleh Austria-Hongaria, sementara di lain pihak, Turki Usmani/Ottoman justru bergabung dengan Jerman dan AustriaHongaria karena memiliki musuh yang sama, yaitu Rusia dan negara-negara Slav di kawasan Balkan.
4. Berakhirnya Perang Dunia 1
Selepas bergabungnya Amerika Serikat ke pihak sekutu, perang berlangsung semakin merugikan bagi pihak central, Jerman, Austria-Hongaria dan Turki Usmani harus menghadapi kenyataan bahwa kekalahan perang sudah di depan mata, bagi Jerman, apabila perang terus berlangsung, ancaman nyata dari segi ekonomi dan politik sudah membayang-bayangi, meskipun pada pertempuran di Front Timur, Jerman dan penguasa Rusia (partai Bolshevik) yang telah mengkudeta pemerintahan sementara (Duma) di Rusia telah menandatangani perjanjian BrestLitovsk pada tahun 1918 dan mengakhiri keterlibatan Rusia dalam Perang Dunia I, ancaman nyata dari desakan pasukan Perancis, Inggris dan Amerika Serikat di front barat, selatan, Balkan dan Asia-Pasifik makin membesar
Kanselir Jerman yang baru, bernama Max Von Baden segera mengirim telegram kepada Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson pada Oktober 1918 dan meminta gencatan senjata, hal ini dibalas dengan pengajuan 14 Syarat dari Amerika Serikat (kelak dikenal sebagai doktrin Wilson) kepada Jerman yang langsung dituruti oleh Jerman, sehingga pada 11 November 1918, Perang dunia I resmi berakhir.
Malang bagi Jerman, syarat-syarat dari Presiden Amerika Serikat kepada Jerman dinilai terlalu lunak bagi Perancis, yang kemudian diperkuat oleh Inggris, Perancis (dan Inggris) bermaksud menghukum negara-negara yang kalah Perang (Blok Central) agar menjamin hal tersebut tidak terulang (Jerman tidak menjadi kekuatan yang mengancam kembali) akhirnya, Jerman dipanggil ke Istana Versailles di Perancis pada 28 Juni 1919 untuk menandatangani perjanjian, maka dari itu perjanjian tersebut disebut sebagai Perjanjian Versailles.
Perjanjian Versailles tersebut ternyata jauh dari 14 syarat yang ditetapkan oleh Amerika Serikat, perjanjian itu sangat merugikan pihak Jerman dan pasal-pasal di Perjanjian tersebut seakan mengamputasi Jerman agar tidak kembali menjadi negara besar, selain itu wilayah-wilayah Jerman banyak yang dilucuti dan Jerman pun harus membayar seluruh kerugian perang yang diakibatkan kesalahan Jerman, yaitu menyulut perang. Kelak perjanjian Versailles ini akan menjadi bahan bakar bagi Adolf Hitler, pemimpin Jerman ketika Perang Dunia II, untuk membakar kembali semangat Rakyat Jerman yang menurutnya telah diinjak-injak pada perjanjian Versailles ini.
Malang bagi Jerman, syarat-syarat dari Presiden Amerika Serikat kepada Jerman dinilai terlalu lunak bagi Perancis, yang kemudian diperkuat oleh Inggris, Perancis (dan Inggris) bermaksud menghukum negara-negara yang kalah Perang (Blok Central) agar menjamin hal tersebut tidak terulang (Jerman tidak menjadi kekuatan yang mengancam kembali) akhirnya, Jerman dipanggil ke Istana Versailles di Perancis pada 28 Juni 1919 untuk menandatangani perjanjian, maka dari itu perjanjian tersebut disebut sebagai Perjanjian Versailles.
Perjanjian Versailles tersebut ternyata jauh dari 14 syarat yang ditetapkan oleh Amerika Serikat, perjanjian itu sangat merugikan pihak Jerman dan pasal-pasal di Perjanjian tersebut seakan mengamputasi Jerman agar tidak kembali menjadi negara besar, selain itu wilayah-wilayah Jerman banyak yang dilucuti dan Jerman pun harus membayar seluruh kerugian perang yang diakibatkan kesalahan Jerman, yaitu menyulut perang. Kelak perjanjian Versailles ini akan menjadi bahan bakar bagi Adolf Hitler, pemimpin Jerman ketika Perang Dunia II, untuk membakar kembali semangat Rakyat Jerman yang menurutnya telah diinjak-injak pada perjanjian Versailles ini.
14 poin tuntutan Wilson (Doktrin Wilson) :
1) Tidak boleh ada lagi perjanjian antar kekuatan yang tertutup,
2) Kebebasan Navigasi laut dimanapun kapanpun,
3) Perdagangan bebas harus diwujudkan dan hambatan-hambatan harus dipecahkan,
4) Pengurangan persenjatan di berbagai negara, sampai kepada prioritas untuk kebutuhan pertahanan domestik,
5) Koloni-koloni di luar Eropa harus diberi kesempatan bersuara mengenai nasib mereka,
6) Rusia diizinkan memerintah negaranya sendiri sesuai dengan asas pemerintahan yang dianggapnya paling benar,
7) Belgia harus dikosongkan dan dikembalikan situasinya seperti sebelum perang,
8) Perancis mendapatkan kembali Alsace-Lorraine dan tanah yang diambil ketika perang berlangsung,
9) Perbatasan Italia harus dikembalikan sesuai dengan identitas kebangsaan Italia di wilayah tersebut,
1) Tidak boleh ada lagi perjanjian antar kekuatan yang tertutup,
2) Kebebasan Navigasi laut dimanapun kapanpun,
3) Perdagangan bebas harus diwujudkan dan hambatan-hambatan harus dipecahkan,
4) Pengurangan persenjatan di berbagai negara, sampai kepada prioritas untuk kebutuhan pertahanan domestik,
5) Koloni-koloni di luar Eropa harus diberi kesempatan bersuara mengenai nasib mereka,
6) Rusia diizinkan memerintah negaranya sendiri sesuai dengan asas pemerintahan yang dianggapnya paling benar,
7) Belgia harus dikosongkan dan dikembalikan situasinya seperti sebelum perang,
8) Perancis mendapatkan kembali Alsace-Lorraine dan tanah yang diambil ketika perang berlangsung,
9) Perbatasan Italia harus dikembalikan sesuai dengan identitas kebangsaan Italia di wilayah tersebut,