Jurnal ini  berisi catatan-catatan selama mengikuti pelatihan CGP angkatan 5

JURNAL REFLEKSI CGP ANGKATAN 5

Paper texture

Dian Agustini, S.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Kabupaten Banjarnegara Lahir: Bengkulu, 18 Agustus 1986 Profesi: Guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Mandiraja Fasilitator: Subagiyo, S.Pd Pengajar Praktik: Nanik Sri Rahayu,S.Pd.,M.Pd.

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Sebagai Calon Guru Penggerak Angkatan 5 Tahun 2022

Jurnal ini adalah kumpulan pemikiran, catatan dan milestone perubahan yang terjadi pada diri saya sebagai Calon Guru Penggerak. Jurnal ini merupakan wadah pemikiran dimana ide-ide menemukan jalannya untuk terwujud. Terutama yang terkait dengan progress diri sendiri dalam menapaki jalan menjadi lebih baik. SALAM &amp; BAHAGIA

There there... We find the light... We find the way... as the change is the solid unchanged theory

Filosofi Ki Hajar Dewantara di Bidang Pendidikan

PESERTA DIDIK YANG BERBAKAT DALAM MELUKIS

Perubahan yang saya harapkan terjadi pada saya adalah saya ingin menjadi pribadi yang lebih baik agar dapat menjadi teladan yang baik. Saya ingin terus belajar hal baru yang bermanfaat untuk mengembangkan potensi diri sehingga dapat menjadi pendidik yang lebih baik lagi. Saya ingin menjadi pribadi yang lebih berani dalam menuntun peserta didik, sekaligus menjadi filter dari beragam serbuan budaya kepada mereka. Saya ingin menjadi seorang guru yang dapat mengenali potensi dan bakat peserta didik sehingga mereka dapat bertumbuh sempurna sesuai zamannya dan sesuai kodrat alamnya.

Setiap ide akan perubahan-perubahan tidak akan pernah terjadi kalau kita tidak pernah berani bertindak dan bergerak untuk mewujudkannya!

Pola ajar yang dulu diterapkan pendidik sebelum kita mungkin sudah tidak relevan dengan masa dimana peserta didik kita bertumbuh Budi pekerti yang merupakan hasil cipta dan karsa dapat diberikan melalui keteladanan yang ada pada ruang tumbuh yaitu: keluarga, lingkungan dan sekolah. Seperti kata Mutiara berikut ini, “Never forget who you are. The rest of the world will not. Wear it like armor and it can never be used to hurt you.” (Jangan lupakan siapa dirimu, karena Sebagian dunia tidak akan melupakannya. Banggalah, sehingga kekuatan budaya ini tidak akan digunakan menjadi senjata yang makan tuan).

Pendidikan itu memanusiakan dan memerdekaan dimana anak-anak dapat tumbuh berkembang dengan bahagia.

Sekolah adalah tempat dimana anak-anak seharusnya dapat belajar dengan bahagia.

Secara garis besar tidak banyak yang berbeda dari materi yang disampaikan oleh narasumber dengan praktik mengajar yang saya jalankan selama ini. Dalam pembelajaran sehari-hari saya telah memahami bahwa saya mendidik peserta didik dari beragam latar belakang keluarga, sosial budaya dan sosial ekonomi berbeda. Sehingga saya sering menerapkan berbagai pendekatan dalam melaksanakan pembelajaran. Pada saat sebelum pandemic, saya sering melibatkan metode Montessori dalam mengajar. Saya mengajak peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok untuk mengerjakan tantangan yang saya berikan terkait materi pembelajaran. Pada masa pendemi, saya menggunakan lebih banyak aplikasi pembelajaran yang menarik sehingga peserta didik tidak bosan. Ini juga merupakan cara agar peserta didik dapat terjaga Kesehatan mentalnya. Students’ well-being merupakan issue penting bagi saya, selain menumbuhkembangkan nilai-nilai karakter. Nilai pada domain kognitif memang penting, namun itu tidak akan berarti banyak tanpa terpenuhinya rasa Bahagia menjadi seorang peserta didik.

Akan tetapi, bukan berarti bahwa apa yang disampaikan oleh narasumber sepenuhnya sesuai dengan apa yang saya laksanakan selama ini. Konsep Pendidikan KHD sangatlah baru bagi saya yang selama ini berkiblat pada Pendidikan ala barat. Dalam melaksanakan pembelajaran saya tidak begitu banyak melibatkan unsur sosio budaya lokal. Padahal poin ini sangat penting dalam mengembangkan karakter-karakter baik melalui nilai-nilai moral yang dapat dipelajari didalamnya. Contohnya adalah budaya menempa bedama di Dusun Karang Pace. Budaya penempaan logam ini mengajarkan kerja keras, gotong royong, ketekunan, dan kreativitas karena sebuah bedama tidak akan terbentuk dengan bagus dan cepat tanpa ada unsur-unsur tersebut. Persis seprti aspek-aspek penting dalam profil pelajar Pancasila.

Mendidik dengan cara yang lebih berpihak kepada peserta didik adalah hal penting yang ingin saya tingkatkan. Cara paling ampuh dalam melaksanakan ini adalah dengan menjadi pendengar yang baik dan terbuka terhadap perbedaan perbedaan yang ada. Demikian Refleksi dari pembelajaran yang selama ini saya ikuti sebagai seorang guru Penggerak. Saya belajar banyak dan bertumbuh di Squad Calon Guru Penggerak ini. Saya bertemu pendidik yang memiliki visi dan misi yang sama untuk melakukan perubahan demi kebaikan peserta didik.&nbsp; Saya tidak lagi merasa insecure terhadap pilihan-pilihan pendekatan dalam mengajar.

Salam dan Bahagia. Salam Merdeka Mengajar (Membangun Negeri dari Hati)

Pendidikan itu memanusiakan, memerdekakan dan membahagiakan adalah prinsip penting yang saya terapkan ke dalam pembelajaran saya. Karena saya percaya, hanya manusia yang merdeka yang mampu untuk menjadi kreatif dalam mengerjakan apapun yang menjadi tanggung jawabnya. Menjadi manusia merdeka adalah penghargaan setinggi-tingginya yang kita miliki. Konsep paling penting yang saya pelajari dan akan saya terus bawa sebagai pendidik adalah konsep bahwa saya adalah penuntun, filter, teladan dan penyemangat. Konsep Pendidikan haruslah membahagiakan tentu saja akan saya terapkan terus pada diri saya, layaknya sebuah pakaian.&nbsp;

Di dalam kegiatan mengajar sehari-hari, sering saya temukan peserta didik yang enggan menunjukkan minat atau kesukaannya. Seringkali mereka merasa tidak dimengerti atau diabaikan. Ketika mereka menunjukkan suatu ketertarikan kepada sesuatu, kerap mereka mendapatkan olok-olok atas nama "bercanda" entah itu dari rekan sebaya atau orang dewasa di sekitarnya. Padahal mereka ini cukup berbakat pada bidang yang mereka minati. Ada yang pandai melukis, membuat komik, menyanyi atau bercerita. Hal seperti ini apabila dibiarkan terus menerus akan menimbulkan rasa tidak percaya diri dan demotivated. Mereka jadi enggan menunjukkan apa yang mereka sukai sehingga timbul sikap apatis. Mereka jadi takut berbeda. Disini pendidik memiliki peran penting untuk menuntun dan menyemangati peserta didik.

Hakikat pendidikan yang merdeka adalah pendidikan yang menunjukkan keberpihakan kepada peserta didik. Pendidikan yang bersedia mendengar dan membimbing kodrat peserta didik. Pendidik yang baik adalah yang mau menyamakan frekuensi demi mengerti dunia anak didiknya.

Pendidikan memiliki peran dalam membangun karakter yang baik melalui sosio-budaya sehingga anak tidak hilang jati dirinya. Mereka menjadi pribadi yang menghargai perbedaan dan keberagaman.

Materi yang saya pelajari pada modul satu ini adalah filosofi Pendidikan dari Ki hajar Dewantara. Diantara filososi tersebut adalah pandangan beliau tentang Pendidikan yang memanusiakan, memerdekakan dan membahagiakan. Dalam pandangan ini, KHD memberikan cara pandang bahwa sejatinya Pendidikan dapat menciptakan manusia yang beradab dan berakhlak baik karena Pendidikan merupakan tempat bertumbuhnya benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Pendidikan juga harus merdeka dari segala rasa tertekan, sehingga peran pendidik di dalam kelas haruslah dapat menciptakan suasana pembelajaran yang aman dan membahagiakan. Merdeka juga berarti mandiri, artinya peserta didik diharapkan dapat menjadi insan yang mandiri dan tidak bergantung kepada orang lain. Dapat mencukupi dirinya sendiri dalam ruang tumbuh kembang karakter yang baik. Pola pengajaran juga sebaiknya dilaksanakan dengan cara yang menyenangkan sehingga peserta didik dapat menikmati proses pembelajaran. Pendidik hendaklah memahami bahwa setiap individu adalah unik sehingga kita perlu menyelami kodrat mereka sebagai generasi native digital.

Pada pelaksanaannya, seorang pendidik diharapkan dapat menuntun peserta didik untuk mancapai hakikat tujuan hidupnya. Mengenali potensi dan bakatnya, serta memahami kodrat alam dan zamannya. Ibarat menempa batang logam yang memiliki karakter khusus, seorang pendidik haruslah sabar dan mampu mengenali karakteristik dasar logam yang ditempa sehingga dapat dibentuk menjadi bedama (kerajinan logam) yang sesuai dengan kodrat zaman. Peserta didik dapat diajak untuk mengenali sosio budaya yang ada disekitarnya sehingga mereka dapat mempelajari hal-hal yang dapat mengembangkan karakter baik. Dan peran guru di sekolah menjadi penting karena dapat menjadi filter tentang apa yang baik dan buruk. Serta mengajarkan kepada mereka untuk menghargai perbedaan sebagai suatu kekayaan sehingga mereka dapat menghargai kebudayaan lain. Peran pendidik menjadi kian vital apabila kita mengaitkannya dengan bombardir budaya asing yang masuk kedalam lingkungan sosio budaya lokal. Pola asuh di dalam kelas juga hendaklah beriring sesuai zaman.