Book Creator

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

by Suyitno Suyitno

Cover

Loading...
Loading...
Loading...
KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3

KESIMPULAN & REFLEKSI COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

BY : SUYITNO, S.Pd, CGP-6 , SMAN 1 KEBOMAS
Loading...
SALAM BAHAGIA

Pendidikan program guru penggerak angkatan 6 ini  sudah hampir menyelesaikan  paket modul 2.3 , yaitu tentang Coaching Untuk Supervisi  Akademik. Izinkan Saya membuat sebuah kesimpulan  izinkan saya untuk membuat sebuah kesimpulan, refleksi dan keterkaitan antara modul  Coaching Untuk Supervisi Akademik  dengan modul pembelajaran berdiferensiasi  serta  modul pembelajaran sosial dan emosional dalam koneksi antar materi ini

1.  KONSEP COACHING .
Selain sebagai pemimpin pembelajaran Guru juga mempunyai tugas melakukan  Supervisi akademik ini untuk memastikan pembelajaran yang berpihak pada murid berjalan dengan baik., supervisi akademik
juga bertujuan untuk pengembangan kompetensi diri dalam setiap pendidik di sekolah.yaitu seperti tertuang pada standar tenaga pendidik nasional yaitu memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian, social dan professional .  sejalan dengan Hal ini program guru penggerak ini diharapkan seorang guru penggerak bisa menjadi supervisor yang memiliki paradigma berfikir dan ketrampilan coaching dalam pengembangan dirinya dan rekan sejawatnya.
Sekarang Kita Mulai dulu dengan Definisi Coaching itu sendiri yaitu hubungan kemitraan antara coach dengan klien(coachee), dalam suatu percakapan yang kreatif dan memicu pemikiran untuk memaksimalkan potensi pribadi dan professional klien.

Sementara  coaching dalam konteks Pendidikan merupakan salah satu proses “menuntun” belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya.
Disini Guru sebagai ‘Pamong’ memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak muncul padai dirinya. Pentingnya proses coaching dalam Pendidikan yaitu adalah proses untuk mengaktifkan kerja otak murid, pertanyaan-pertanyaan reflektif dapat membuat murid melakukan metakognitif serta membuat murid lebih berfikir secara kritis dan mendalam sehingga dapat memunculkan  potensinya.
Dalam melakukan  supervisi akademik yang kita jalankan  diperlukan suatu pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang memberdayakan. agar pengembangan diri dapat berjalan secara berkelanjutan dan terarah. Salah satu pendekatan yang memberdayakan adalah coaching.

Dalam proses coaching coach tidak memberikan  solusi namun  mendengarkan  dan justru memberdayakan  potensi coachee yang tujuannya mengantarkan coachee ke kondisi yang lebih baik. dalam proses coaching, seorang coach juga harus memiliki skill pendengar yang baik, dapat mengajukan pertanyaan yang berbobot, dapat memancing ide-ide, dan dapat memfasilitasi perkembangan  dari coachee.
Selain coaching, ada beberapa metode pengembangan diri yang lain yang mungkin kita pernah praktikan selama ini yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training.
Mentoring adalah suatu  proses dimana seorang teman, guru, pelindung, atau pembimbing yang bijak dan penolong menggunakan pengalamannya untuk membantu seseorang dalam mengatasi kesulitan dan mencegah bahaya. Konseling adalah hubungan bantuan antara konselor dan
klien yang difokuskan pada pertumbuhan pribadi dan penyesuaian diri serta pemecahan masalah dan pengambilan keputusan. Fasilitasi sebagai sebuah proses dimana seseorang yang dapat diterima oleh seluruh anggota kelompok, secara substantif berdiri netral, dan tidak punya otoritas mengambil kebijakan, melakukan intervensi untuk membantu kelompok memperbaiki cara-cara mengidentifikasi dan menyelesaikan berbagai masalah, serta membuat keputusan,
agar bisa meningkatkan efektivitas kelompok itu. Training merupakan suatu usaha yang terencana untuk memfasilitasi pembelajaran tentang pekerjaan yang berkaitan dengan pengetahuan, keahlian dan perilaku oleh para pegawai.
2.  PARADIGMA BERFIKIR DAN PRINSIP COACHING

Salah satu tujuan pengembangan diri adalah agar guru menjadi otonom, yaitu dapat mengarahkan, mengatur, mengawasi, dan memodifikasi diri secara mandiri (self-directed, self-manage, self-monitor, self-modify). Untuk dapat membantu guru menjadi otonom, diperlukan paradigma berpikir dan prinsip coaching bagi orang yang mengembangkan.
Untuk dapat membantu rekan sejawat kita untuk mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, kita perlu memiliki paradigma berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah:

A.Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan. Pada saat kita mengembangkan kompetensi rekan sejawat kita, kita memusatkan perhatian kita pada rekan yang kita kembangkan, bukan pada "situasi" yang dibawanya dalam percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang dibawa oleh rekan tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka
B. Bersikap terbuka dan ingin tahu. Agar kita dapat bersikap terbuka, kita perlu selalu berpikir netral terhadap apa pun yang dikatakan atau dilakukan rekan kita. Selain itu memelihara rasa ingin tahu membantu rekan kita dan diri kita untuk memahami situasi rekan kita.
C. Memiliki kesadaran diri yang kuat. Kesadaran diri yang kuat membantu kita untuk bisa menangkap adanya perubahan yang terjadi selama pembicaraan dengan rekan sejawat.
D.Mampu melihat peluang baru dan masa depan. Kita harus mampu melihat peluang perkembangan yang ada dan juga bisa membawa rekan kita melihat masa depan. Coaching mendorong seseorang untuk fokus pada masa depan, karena apapun situasinya saat ini, yang masih bisa
diubah adalah masa depan.
Prinsip coaching
Prinsip coaching adalah :
Kemitraan. Dalam coaching, posisi coach terhadap coachee-nya adalah mitra. Itu berarti setara, tidak ada yang lebih tinggi maupun lebih rendah. Coachee adalah sumber belajar bagi dirinya sendiri. Coach merupakan rekan berpikir bagi coachee-nya dalam membantu coachee belajar dari dirinya sendiri. Coach bisa berbagi mengenai pengalamannya yang terkait dengan topik pengembangan coachee, jika diminta oleh coachee, sebagai salah satu sumber belajar bagi coachee.
Proses Kreatif. Coaching adalah proses mengantarkan seseorang dari situasi dia saat ini ke situasi ideal yang diinginkan di masa depan. Hal ini tergambar dalam prinsip coaching yang kedua, yaitu proses kreatif. Proses kreatif ini dilakukan melalui percakapan, yang: dua arah, memicu proses berpikir coachee serta memetakan dan menggali situasi coachee untuk menghasilkan ide-ide baru Memaksimalkan
Potensi. Untuk memaksimalkan potensi dan memberdayakan rekan sejawat, percakapan perlu diakhiri dengan suatu rencana tindak lanjut yang diputuskan oleh rekan yang dikembangkan, yang paling mungkin dilakukan dan paling besar kemungkinan berhasilnya. Selain itu juga, percakapan ditutup dengan kesimpulan yang dinyatakan oleh rekan yang sedang dikembangkan.
3.  Kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching.

kompetensi inti coaching  yaitu :

A. Kehadiran penuh ( presence ) adalah kemampuan untuk bisa hadir utuh bagi coachee  sehingga badan, pikiran, hati selaras saat sedang melakukan percakapan coaching.

B. Mendengarkan aktif. Seorang coach yang baik akan mendengarkan lebih banyak dan lebih sedikit berbicara, fokus dan pusat komunikasi adalah pada diri coachee.

C.Mengajukan pertanyaan berbobot. Dalam melakukan percakapan coaching ketrampilan kunci lainnya adalah mengajukan pertanyaan dengan tujuan tertentu atau pertanyaan berbobot. Seorang coach harus
memiliki kemampuan untuk dapat menavigasi tujuan dan arah percakapan
PrevNext