Penuntun praktikum kimia yang dapat digunakan oleh siswa SMA dan Mahasiswa Kimia Dasar

Penuntun Praktikum Kimia Ala Rumahan

Rezky Miftahul Jannah Salam, S.Pd., M.Pd. Syamsinar Sade, S.Pd., M.Pd.

Mentor: Asmega Masri, S.Pd.I., M.Pd.

2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Penentuan kalor penetralan HCl dan NaOH a.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Masukkan 20 mL HCl 2 M ke dalam kalorimeter. Catat temperaturnya. b.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Ukur 20 mL NaOH 2 M. Catat temperaturnya (atur sedemikian sehingga temperaturnya sama dengan temperatur HCl). c.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Campurkan NaOH ke dalam kalorimeter, catat temperatur campuran selama 5 menit dengan selang waktu setengah menit. d.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Buat grafik untuk memperoleh perubahan temperatur akibat reaksi tersebut. e.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Hitung ∆H penetralan jika kerapatan = 1,03 g/mL dan kalor jenisnya 3,96 J/g.K Misalkan penaikan temperatur sebesar ∆T3. Pada reaksi ini dihasilkan 0,04 mol NaCl Volume larutan = 40 mL Massa larutan = 40 x 1,03 g = 41,2 gram o&nbsp;&nbsp;Kalor yang diserap (q4) = 41,2 x 3,96 dan ∆T3 J o&nbsp;&nbsp;Kalor yang diserap kalorimeter (q5) = k x ∆T3 J o&nbsp;&nbsp;Kalor yang dihasilkan reaksi (q6) = q4 + q5 J o&nbsp;&nbsp;Kalor penetrralan (∆Hn) = (q4) = q6/ 0,04&nbsp;J/mol

Kimia Kelas XI : Praktikum Kalorimetri

Achmad, Hiskia. 1993. Penuntun Dasar-Dasar Praktikum Kimia. Jakarta : Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan TInggi, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. &nbsp; Brady, J.E &amp; Holum, J.L. 2000. Fundamental of Chemistry, 4 Edition. New York : John Wiley &amp; Inc. &nbsp; Hadyana Pudjaatmaka, A. 1984. Kimia Untuk Universitas I. Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. &nbsp; Hadyana Pudjaatmaka, A. 1984. Kimia Untuk Universitas II. Edisi keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga. &nbsp; Mahmudi, dkk. 2000. Petunjuk Praktikum Kimia Dasar I dan Kimia Dasar II. Malang: Kerjasama JICA dan Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang.

Berikut ini merupakan beberapa contoh indikator alami yang mudah didapatkan disekitar kita.

Membuat Indikator asam&nbsp;basa dari bahan alami

1.&nbsp;Membuat indikator asam basa dari ekstrak bahan alam 2.&nbsp;Menentukan sifat larutan dengan indikator alami

     Dalam kehidupan sehari-hari kita banyak menjumpai senyawa yang termasuk asam maupun basa. Terkadang kita menandai senyawa yang bersifat asam memiliki rasa kecut. Akan tetapi tidak semua senyawa kimia dapat dikonsumsi. Banyak senyawa asam maupun basa tidak dapat dideteksi dengan indera perasa. Untuk mengetahui sifat asam basa suatu zat kita membutuhkan alat seperti pH meter, atau menggunakan lakmus dan indikator universal.

Akan tetapi indikator universal dan kertas lakmus tersebut dapat diganti dengan menggunakan bahan yang lebih mudah didapatkan yaitu eksktrak tanaman seperti bunga, umbi-umbian, daun berwarna maupun kulit buah. Beberapa contoh indikator alami yang sering dijumpai yaitu kunyit, bunga kembang sepatu, bunga asoka, kulit manggis, dll.

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Menggerus beberapa helai mahkota bunga sepatu, kulit manggis, kunyit dan kamboja merah&nbsp;sampai halus dengan menggunakan lumpang dan alu, kemudian tambahkan air ±&nbsp;6 mL, ulangi langkah ini untuk kulit manggis, kunyit, dan kamboja merah. 2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Menuangkan kurang lebih 1 mL ekstrak tersebut ke dalam empat buah tabung reaksi yang kering dan bersih. 3.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Menambahkan cuka pada keempat tabung reaksi dengan menggunakan pipet tetes. 4.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Menggoyangkan tabung dan mengamati perubahan warna yang terjadi kemudian catat hasilnya. 5.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Ulangi langkah kerja di atas dengan menggunakan air jeruk nipis, air kapur, dan air sabun.

1. Menurut kalian indikator alami yang manakah yang paling baik digunakan sebagai indikator asam basa? 2. Apa kandungan indikator alami tersebut sehingga dapat menjadi indikator asam basa? 3. Bagaimanakah ciri-ciri suatu bahan alam yang dapat digunakan sebagai indikator alami?

1. Gelas kimia plastik (kalorimeter) 2. Buret dan statif 3. Termometer 4. Gelas ukur 5. Pembakar spiritus 6. Aquades 7. HCl 2 M 8. NaOH 2 M

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Penentuan tetapan kalorimeter a. Masukkan air kedalam buret, periksa keadaan titik nolnya. b. Masukkan 20 mL air ke dalam kalorimeter dengan buret. Catat temperaturnya. c. Panaskan 20 mL air didalam gelas kimia sampai kira-kira 10oC di atas temperatur kamar. Catat temperaturnya. d. Campurkan air panas diatas ke dalam kalorimeter, aduk dan amati temperaturnya selama 10 menit dengan selang satu menit setelah pencampuran. e. Buat kurva pengamatan temperatur terhadap selang waktu, untuk menentukan harga penurunan temperatur air panas dan penaikan temperatur air dingin. f. Hitung tetapan kalorimeter.

Penetapan Tetapan Kalor dengan Kalorimeter Sederhana

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi (Konsentrasi, suhu dan luas permukaan)

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi, suhu dan luas permukaan terhadap laju reaksi.

Studi tentang reaksi kimia dan mekanisme reaksi dipelajari dalam Kinetika Kimia. Pengetahuan tentang kinetika kimia sangat penting untuk penerapan kimia dalam skala industri. Rancangan industri kimia sering kali didasari pada kecepatan reaksi dan perubahan kecepatan reaksi. Reaksi kimia ada yang berjalan sangat cepat, tetapi ada yang berjalan sangat lambat. Peluruhan radioaktif misalnya ada yang berjalan sangat cepat (dalam orde detik), namun ada yang berjalan sangat lambat (dalam orde tahun). Pada percobaan ini akan dipelajari kecepatan reaksi dalam sistem larutan, pengaruh konsentrasi dan katalis yang selanjutnya dapat dinyatakan untuk menetapkan orde raksi dan tetapan laju reaksi.

Biodata Penulis

Puji syukur atas berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Penuntun Praktikum&nbsp;Kimia&nbsp;Dasar Ala Rumahan dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Penuntun ini merupakan hasil perpaduan dari beberapa penuntun praktikum perguruan tinggi terkemuka di Indonesia yang disederhanakan dan disesuaikan&nbsp;&nbsp;dengan&nbsp;&nbsp;kurikulum SMA dan Kimia Dasar dengan menggunakan bahan kimia yang mudah didapatkan dalam kehidupan sehari-hari. Penulis&nbsp;menyadari&nbsp;bahwa&nbsp;penuntun&nbsp;praktikum&nbsp;ini&nbsp;masih&nbsp;jauh&nbsp;dari kategori sempurna yang dapat memuaskan semua kalangan dalam berbagai aspek. Oleh karena itu, diharapkan adanya masukan dan saran dari pembaca dan pemakai yang budiman untuk lebih menyempurnakan penuntun praktikum ini di masa mendatang. Akhirnya, kepada semua pihak yang telah terlibat dalam penyusunan dan penerbitan penuntun praktikum ini, diucapkan terima kasih dan semoga bermanfaat serta mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Esa. Aamiin.

Pinrang,&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;November 2021 Penulis

2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Kromatografi Kromatografi merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan dan mengidentifikasi campuran. Kromatografi pertama kali diperkenalkan oleh Michael Tswet (1906) yang mampu memisahkan klorofil dan pigmen-pigmen warna lain dalam ekstrak tumbuhan. Kromatografi adalah pemisahan suatu zat didasarkan cara distribusi sampel diantara dua fasa. Dalam proses kromatografi selalu melibatkan dua fasa yaitu fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang terikat pada permukaan padatan (kertas atau adsorben), sedangkan fasa gerak dapat berupa cairan yang disebut eluen atau pelarut. Komponen yang dipisahkan dalam kromatografi harus larut dalam fasa gerak dan harus mempunyai kemampuan berinteraksi dengan fasa diam dengan cara melarut di dalam pelarut. Pemisahan terjadi berdasarkan perbedaan migrasi zat-zat yang menyusun suatu sampel. Hasil pemisahan dengan metode kromatografi dapat digunakan untuk keperluan identifikasi, penetapan kadar dan pemurnian suatu senyawa. Ada beberapa macam kromatografi, salah satu diantaranya adalah kromatografi kertas. Kromatografi kertas merupakan bentuk kromatografi yang paling sederhana, mudah dan murah. Pelaksanaan pemisahan dengan metode kromatografi kertas melalui tiga tahap, yaitu penotolan cuplikan, pengembangan dan identifikasi/ penampakan noda. Salah satu kegunaan kromatografi kertas adalah memisahkan zat warna dalam tinta. Video contoh kromatografi dapat dilihat pada link video berikut.

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Destilasi a.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Labu destilasi b.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Pendingin Liebig c.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Termometer -10o – 100 oC d.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Sumbat gabus berlubang e.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Kaki tiga dan kasa asbes f.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;Alat pembakar g.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Statif dan klem h.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Labu Erlenmeyer i.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;Batu didih j.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;Selang karet k.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Air kotor &nbsp; 2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Kromatografi a.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Gelas kimia b.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Kertas kromatografi/ kertas saring/ kertas buram/ kertas minyak c.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Lidi d.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Tinta biru, merah, hijau, dan hitam

Kromatografi Sederhana Kertas HVS vs Kertas Buram

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Destilasi a.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Pasang alat destilasi (minta petunjuk asisten sebelum memasang alat destilasi). b.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Isi labu destilasi dengan air kotor dan masukkan beberapa butir batu didih. c.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Alirkan air melalui alat pendingin (kondensor Liebig). d.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Panaskan labu destilasi sampai air mendidih, amati kenaikan temperatur pada termometer. e.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Bacalah titik didih destilasi.

B.&nbsp;&nbsp;KESELAMATAN KERJA

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Demi keselamatan kerja, praktikan dilarang melakukan percobaan tanpa seizin dosen penanggung jawab praktikum atau kepala laboratorium kimia. 2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Bila melakukan percobaan dengan menggunakan bahan kimia berbahaya, kerjakan di lemari asam agar tidak mengenai tubuh. 3.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Jika mata dan kulit anda terkena cairan korosif, cucilah dengan air yang banyak kemudian laporkan kepada dosen penanggung jawab praktikum atau kepala laboran. 4.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Bila memanaskan zat dalam tabung reaksi, jangan arahkan ke diri anda atau teman anda. Gelembung uap yang terbentuk secara mendadak dapat mendorong keluarnya isi tabung dengan cepat. 5.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Jika membau zat dalam wadah, jangan arahkan muka langsung ke mulut wadah, tetapi kibaskan tangan anda di atas mulut wadah ke atas hidung sambil membau. 6.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Jangan menyentuh zat kimia kecuali yang diinstruksikan. 7.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Jangan sekali-kali mencicipi bahan kimia, jika tidak diperintahkan. 8.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Hati-hati dengan alat gelas yang panas, gelas yang dingin dan panas tak dapat dibedakan. 9.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Untuk reaksi yang melibatkan gas beracun, kerjakan di lemari asam. Jangan lupa menghidupkan kipas lemari asam. 10. Netralkan percikan asam dan basa, asam di baju dinetralkan dengan larutan NaOH atau NaHCO3 yang sangat encer. Larutan basa dinetralkan dengan asam asetat encer yang diikuti dengan NH4OH encer. 11. Bila menggunakan asam sulfat pekat, tuangkan perlahan-lahan ke dalam air dan diaduk secara terus menerus, jangan melakukan yang sebaliknya. 12. Kenakan jas praktikum untuk melindungi baju anda dari bahan kimia korosif.

C.&nbsp;&nbsp;PERATURAN LABORATORIUM

D.&nbsp;&nbsp;TEKNIK LABORATORIUM

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Jagalah tempat kerja anda agar selalu bersih, letakkan terbalik peralatan gelas yang basah di atas kain agar kering. Cuci dan bersihkan tempat anda menjelang waktu praktikum berakhir. 2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Buanglah sampah padat di keranjang sampah. Dilarang keras membuang batang korek api, kertas lakmus, kertas saring, atau padatan lain ke dalam bak cuci. Buanglah cairan bak cuci dengan mengalirkan air yang banyak. Asam dan garam-garam tembaga, perak dan air raksa korosif terhadap keran air. 3.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Anda dilarang membawa botol-botol reagen ke meja kerja anda. 4.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Bacalah tabel botol reagen dengan cermat sebelum menuang isinya. 5.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Ambil zat sesuai dengan yang diinstruksikan. Jangan mengambil berlebihan. Dilarang mengembalikan bahan-bahan kimia yang tidak terpakai ke dalam wadah semula. 6.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Jangan menggunakan pipet anda untuk mengambil zat dari botol-botol reagen, gunakan yang telah disediakan. Jangan memipet dengan mulut, gunakan filler. 7.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Tutup botol reagen harus diletakkan terbalik di atas meja kerja agar tidak terkontaminasi. 8.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Hati-hatilah dengan api, pembakar yang tidak digunakan supaya dipadamkan. 9.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Jangan memanaskan peralatan gelas yang tebal. Misalnya gelas ukur, botol reagen, sebab alat-alat tersebut mudah pecah. Tabung reaksi dapat pecah jika dipanaskan pada bagian di atas permukaan cairan. Cawan penguapan dan krus dapat dipanaskan sampai pijar. Jangan memanaskan peralatan dengan sangat mendadak, mulailah secara perlahan-lahan.

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Mengencerkan asam pekat. Tuangkan asam pekat ke dalam air sambil diaduk-aduk. Anda dapat merugikan orang lain atau setidak-tidaknya diri anda sendiri, jika anda menuangkan air ke dalam asam pekat. 2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Memanaskan tabung reaksi. Hadapkan mulut tabung ke tempat yang aman. Jika anda tidak suka kena percikan benda panas dan juga berbahaya, maka orang lain pun tidak. 3.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Buret bocor. Jika buret yang anda akan gunakan ternyata bocor. Jangan putus asa, tuangkan cairan yang ada dalam buret ke dalam wadah lain. Buka kran buret, lap dengan kertas saring seluruh bagian keran. Lumuri bagian yang diarsir dengan sedikit vaselin. Pasang lagi kran, putar-putar agar vaselin benar-benar merata. 4.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Menimbang. Zat yang akan ditimbang tidak boleh langsung diletakkan di atas piring neraca, gunakan gelas kimia/ botol timbang/ kaca arloji/ kertas saring atau wadah lain yang sesuai.

Percobaan Kalorimetri sederhana, Kalori Makanan, dan entalpi reaksi penetralan

1. Mengetahui suatu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm melalui percobaan kalometri sederhana. 2. Mengetahui berapa kalori yang dihasilkan makanan melalui suatu proses pembakaran. 3. Mengetahui ∆H suatu reaksi.

Akan tetapi perlu diperhatikan bahwa ada pertukaran kalor antara kalorimeter dengan isinya, sehingga perlu menera kalorimeter (yaitu menentukan kalor yang diserap oleh kalorimeter) seteliti mungkin. Jumlah kalor yang diserap kalorimeter untuk menaikan suhunya sebesar satu derajat disebut tetapan kalorimeter. Salah satu cara untuk menentukan tetapan kalorimeter adalah dengan mencampurkan sejumlah air “dingin” (massa m1 dan suhu T1) dengan sejumlah air “panas” (massa m2 dan suhu T2) di dalam kalorimeter yang akan ditentukan tetapannya. Beda temperatur air yang dicampurkan diatur tidak lebih dari 10 derajat. Karena kalorimeter menyerap kalor, maka kalor yang diserap kalorimeter adalah selisih kalor yang diberikan oleh air panas dikurangi dengan kalor yang diserap oleh air yang lebih dingin. Harga tetapan kalorimeter diperoleh dengan membagi jumlah kalor yang diserap kalorimeter dengan perubahan temperaturnya pada kalorimeter. Dengan demikian satuan dari tetapan kalorimeter adalah J/K. Jika kalian tidak memiliki kalorimeter sederhana maka kalian dapat menggunakan wadah sterofoam seperti pada video berikut:

Termokimia mempelajari perubahan kalor dalam suatu reaksi kimia. Dalam percobaan ini, perubahan kalor yang terjadi dipelajari pada tekanan konstan. Jadi, perubahan kalor yang ditentukan adalah perubahan entalpi (∆H). Apabila sistem yang kita pelajari hanya menyangkut zat padat dan zat cair saja (perubahan volume sangat kecil), maka kerja yang bersangkutan dengan sistem tersebut ( = p∆V), dapat diabaikan. Oleh karena itu, perubahan entalpi (∆H) dan perubahan energi (∆U) dalam hal ini identik. Jumlah perubahan kalor sebagai reaksi kimia dapat diukur dalam suatu kalorimeter (yang diukur adalah temperatur). Kalorimeter terdiri dari suatu tabung yang dibuat dengan sedemikian rupa sehingga tidak ada pertukaran atau perpindahan kalor dengan sekelilingnya, dan kalaupun ada pertukaran kalor atau perpindahan kalor harus sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.

Pembuatan Kalorimeter Sederhana

A.&nbsp;&nbsp;PETUNJUK UMUM PRAKTIKUM KIMIA

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Setiap praktikum disediakan buku penuntun praktikum, buku laporan praktikum. 2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Pada saat melakukan praktikum, semua praktikum diharuskan memakai jas praktikum dan masker. 3.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Sebelum masuk praktikum, praktikan diwajibkan untuk melepas perhiasan yang digunakan dan tidak menggunakan make up yang tebal serta tidak memanjangkan kuku tangan. 4.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Untuk praktikan yang berambut panjang, sebaiknya mengikat rambut dengan rapi. 5.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Setiap kelompok disediakan meja tertentu yang akan digunakan selama melakukan percobaan. Perpindahan tempat kerja hanya dapat dilakukan atas persetujuan dosen penanggung jawab praktikum. 6.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Di dalam laboratorium, praktikan dilarang merokok, memakai sandal, mengenakan topi, selfie,&nbsp;makan dan minum. 7.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Tiap kelompok akan mendapatkan satu set peralatan untuk setiap percobaan. Periksa kelengkapan dan keutuhan alat-alat yang akan dipakai, cocokkan dengan daftarnya jika terdapat kekurangan, anda boleh meminjam pada laboran dengan menggunakan bon peminjaman. 8.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Setelah selesai bekerja, kembalikan alat yang dipinjam kepada laboran, jangan tinggalkan laboratorium sebelum laboran membubuhkan tanda tangan pada daftar inventaris alat anda. 9.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Setiap kelompok yang merusak atau memecahkan peralatan gelas diwajibkan untuk mengganti alat tersebut sesuai dengan aslinya, pada pertemuan berikutnya. 10. Setiap pelanggaran yang dilakukan akan dikenakan sanksi.

Mempelajari cara pembuatan dan sifat-sifat koloid.

Berdasarkan ukuran partikel dan kestabilan dalam sistem campurannya dengan pelarut, maka sistem dispersi dapat dibedakan menjadikan tiga macam yaitu suspensi, koloid dan larutan sejati. Suatu suspensi adalah sistem campuran yang tidak saling bercampur secara homogen sehingga dapat dibedakan secara jelas komponen-komponen penyusunnya. Sistem larutan sejati adalah sistem dimana terjadi pencampuran secara homogen antara komponen-komponen penyusunnya. Suatu sistem koloid terdiri dari dua bagian yaitu terdispersi (yakni partikel-partikel koloidnya) dan fasa pendispersi, yaitu dimana terdapat partikel-partikel koloid. Pada sistem koloid bila dilakukan pencampuran akan saling mencampur tetapi setelah didiamkan dalam waktu yang cukup lama akan terjadi sedikit pemisahan kembali antara komponen-komponen yang dicampurkan.&nbsp;Umumnya suatu sistem koloid dapat dinyatakan berdasarkan ukuran partikelnya yakni berdiameter antara 10-7 sampai 10-14. Untuk larutan sejati diameter partikelnya &lt;10-7 cm dan untuk suspensi adalah &gt;10-7 cm.

a.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Pembuatan Koloid Ada dua cara pembuatan partikel koloid, yakni cara kondensasi dan cara dispersi. Pada cara kondensasi, molekul-molekul diubah menjadi partikel koloid, sedangkan cara dispersi partikel-partikel besar diubah menjadi partikel-partikel dengan ukuran koloid. Cara kondensasi pada umumnya terjadi dalam reaksi hidrolisis, reaksi penggantian, maupun reaksi redoks. &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;Pada cara dispersi, gumpalan zat besar diperkecil dengan cara penggilingan/ penggerusan. Pengadukan atau pengocokan. Jika suatu zat cair didispersikan pada zat cair yang lain (yang tidak saling melarutkan), maka sistem koloid ini disebut emulsi. Cara dispersi yang lain adalah peptisasi yaitu suatu proses dimana zat padat pecah menjadi partikel-partikel dengan ukuran koloid dengan suatu zat kimia. &nbsp; b.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Sifat Koloid Ada beberapa hal yang ada hubungannya dengan sifat koloid antara lain adalah koagulasi, koloid pelindung, efek permukaan, dialisis, efek Tyndall, gerak Brown dan elektroforesis.

Pendahuluan&#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; 1

Teknik Pemisahan&#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160;7

Termokimia&#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; 13

Kinetika Reaksi&#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160;1

Asam Basa&#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; 1

Koloid&#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; &#160; 1

2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Kromatografi a.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Buatlah garis pensil 1,5 cm dari ujung bawah kertas kromatografi. b.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Buatlah titik dengan tinta hijau di tengah garis tersebut. Buatlah titik dengan tinta lain sebelah kanan dan sebelah kiri titik hijau pada jarak 2 cm. biarkan titik-titik itu menjadi kering. c.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Gulung kertas menjadi bentuk silinder. d.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Tempatkan gelas kimia yang berisi air setinggi 1 cm, sehingga ujung kertas tercelup dalam air (jaga sehingga titik tidak tercelup dalam air). e.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Biarkan air merambat ke bagian atas kertas. Zat warna dalam tinta akan ikut merambat naik. Jika air sudah merambat mendekati ujung atas kertas, keluarkan kertas dan beri tanda batas rambatan air. f.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;Perhatikan noda-noda zat warna dalam tinta. Biarkan kertas kromatografi menjadi kering. g.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Ukur jarak batas air dan jarak tiap noda zat warna, dari garis pensil pada ujung bawah kertas. h.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Hitung harga perbandingan kedua jarak (Rf) = jarak noda/ jarak air. i.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;Buat kromatografi dari tinta yang tidak dikenal, misalnya campuran dua macam tinta.

a.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Tuliskan perbedaan destilasi sederhana, destilasi bertingkat dan destilasi uap. b.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Gambar rangkaian alat destilasi biasa. c.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Jelaskan prinsip dasar yang mendasari kromatografi kertas? d.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Apakah yang dimaksud dengan Rf, tR dan VR?

Secara umum, destilasi dapat diklasifikasikan menjadi destilasi sederhana, destilasi fraksionasi, destilasi vacuum, dan destilasi uap. Rangkaian alat dan proses destilasi dapat dilihat pada video berikut:

Pemisahan zat dengan metode destilasi sederhana dan kromatografi.

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Mempelajari teknik pemisahan dan pemurnian dua komponen cairan berdasarkan perbedaan titik didihnya. 2.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Mempelajari teknik pemisahan dan pengidentifikasian suatu campuran berdasarkan kecepatan merambat zat.

1.&nbsp;&nbsp;&nbsp;Destilasi Dalam praktikum kimia seringkali berbagai campuran zat harus dipisahkan menjadi zat murni. Cara pemisahan tersebut dapat berupa penyaringan, dekantasi, penguapan, kristalisasi, kromatografi dan destilasi. Dasar pemisahan dengan metode destilasi adalah perbedaan titik didih cairan pada tekanan tertentu. Proses yang terjadi pada destilasi adalah perubahan fasa uap atau gas dengan pendidihan kemudian gas tersebut mengembun. Pada proses ini melibatkan penguapan berkelanjutan suatu campuran cairan diikuti dengan penampungan material yang menguap dengan cara pengembunan dan pendinginan. Pada proses pendinginan, uap mengembun menjadi cairan murni yang disebut destilat. Destilasi dapat digunakan untuk memperoleh pelarut murni dari larutan yang mengandung zat terlarut. Untuk memisahkan dan memurnikan zat cair dapat digunakan beberapa macam cara destilasi yang didasarkan atas perbedaan titik didih cairan yang dipisahkan.

Cara merangkai alat Destilasi beserta fungsinya

Jika Laboratorium kalian tak memiliki alat destilasi, maka dapat dibuat dengan menggunakan panci, dan peralatan lainnya seperti pada video berikut:

DIY distillation equipment

Diantara semua indikator alami, indikator yang paling memberikan perubahan yang signifikan adalah kubis/ kol ungu. Kol ungu dapat memberikan perubahan warna yang berbeda pada rentang pH 1-12.

Untuk prosedur lengkap percobaan indikator alami ini dapat dilihat pada video berikut:

(Sumber: <a href="https://anishsbioblog.wordpress.com/2016/08/28/phblogreport/">https://anishsbioblog.wordpress.com/2016/08/28/phblogreport/</a>)

Adapun proses pembuatan indikator dari kol ungu dapat dilihat pada video berikut: