INFORMASI UMUM
Nama : Ika Setiyarini, S.Pd.I
Sekolah: MAN 2 Kota Kediri
Mata Pelajaran: Akidah Akhlak
Tahun Penyusunan: 2022/2023
Elemen: Munculnya Aliran Kalam Dalam Peristiwa Tahkim
Sekolah: MAN 2 Kota Kediri
Mata Pelajaran: Akidah Akhlak
Tahun Penyusunan: 2022/2023
Elemen: Munculnya Aliran Kalam Dalam Peristiwa Tahkim
Fase: F
Jenjang : MA
Kelas : XI
Semester: Gasal
Alokasi Waktu: 6 JP x 45 Menit
Kata Kunci: Sejarah lahirnya ilmu kalam, Peristiwa Tahkim.
Jenjang : MA
Kelas : XI
Semester: Gasal
Alokasi Waktu: 6 JP x 45 Menit
Kata Kunci: Sejarah lahirnya ilmu kalam, Peristiwa Tahkim.
Kompetensi Awal: Tidak Ada
Profil Pelajar Pancasila: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, gotong
royong, bernalar mandiri, dan kritis
Target Peserta Didik: Peserta Didik Reguler
Model Pembelajaran: Pembelajaran tatap muka
Profil Pelajar Pancasila: beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan
berakhlak mulia, berkebhinekaan global, mandiri, gotong
royong, bernalar mandiri, dan kritis
Target Peserta Didik: Peserta Didik Reguler
Model Pembelajaran: Pembelajaran tatap muka
KOMPETENSI INTI
Capaian Pembelajaran:
Peserta didik mampu menganalisis sejarah ilmu kalam, tokoh utama dan ajaran pokok aliran-alairan Ilmu Kalam (Khawarij, Syiah, Murji’ah, Jabariyah, Qadariyah, Mu’tazilah, Ahl as-sunnah wa al-Jama’ah (Asy’ariyah dan Maturidiyah)) sebagai upaya untuk mewujudkan sikap toleran dan memegang teguh akidah yang benar sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari;
Pembelajaran Bermakna
Melalui belajar aliran kalam dalam Islam, peserta didik mampu menganalisis sejarah ilmu kalam sebagai upaya untuk mewujudkan sikap toleran dan memegang
teguh akidah yang benar sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari
teguh akidah yang benar sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari
Pertanyaan Pemantik
Bagaimana perasaan anda bahwa di dalam agama Islam terdapat banyak aliran ilmu kalam?
Kegiatan Pembelajaran: Pertemuan 1
Pendahuluan (15 menit)
1. Peserta didik berdoa secara bersama-sama, dipandu oleh guru.
2. Guru dan peserta didik melafalkan Asmaul
Husna bersama-sama.
3. Guru menyapa setiap peserta didik, menanyakan kondisi masing-masing dan menyampaikan apersepsi.
4. Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran, menyampaikan cakupan materi, tujuan pembelajaran, dan kegiatan yang akan dilakukan, serta lingkup dan teknik penilaian
2. Guru dan peserta didik melafalkan Asmaul
Husna bersama-sama.
3. Guru menyapa setiap peserta didik, menanyakan kondisi masing-masing dan menyampaikan apersepsi.
4. Guru memberikan motivasi dan mengajukan pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran, menyampaikan cakupan materi, tujuan pembelajaran, dan kegiatan yang akan dilakukan, serta lingkup dan teknik penilaian
Loading...
Kegiatan Inti (60 Menit):Loading...
1. Peserta didik mengamati paparan atau tayangan video mengenai sejarah lahirnya ilmu kalam.
2. Peserta didik mengidentifikasi dan merumuskan masalah terkait contoh-contoh yang dipaparkan atau yang ditayangkan
3. Peserta didik membagi menjadi beberapa kelompok, sesuai dengan rumusan masalah.
4. Peserta didik melakukan aktivitas pengumpulan data dan informasi dari literatur yang ada untuk menjawab rumusan masalah.
5. Peserta didik dapat mengakses informasi dari buku digital madrasah maupun sumber lain yang direkomendasikan oleh guru.
5. Peserta didik melakukan analisis perbandingan sejarah lahirnya ilmu kalam
6. Peserta didik
memverifikasi hasil olah data dalam kelompok masing-masing serta merancang presentasi kelompok.
Loading...
1. Peserta didik memberikan refleksi dari kegiatan pembelajaran
2. Guru memberikan tugas pada siswa untuk belajar materi minggu depan
3. Guru menutup pembelajaran dengan berdoa dan membaca doa kafaratul majelis bersama-sama.
Loading...
Kegiatan Penutup (15 Menit)A. Sejarah Ilmu Kalam
MATERI AJAR 1
1. Aqidah Islam Pada Masa Nabi
Ketika Nabi Muhammad Saw. masih hidup, umat Islam masih bersatu-padu, belum ada aliran-aliran/firqah. Apabila terjadi perbedaan pemahaman terhadap suatu
persoalan, maka para sahabat langsung berkonsultasi kepada Nabi. Dengan petunjuk Nabi tersebut, maka segala persoalan dapat diselesaikan dan para sahabat
mematuhinya.
Para sahabat dilarang oleh Rasulullah Saw. memperdebatkan sesuatu yang dapat memicu perpecahan, misalnya tentang qadar. Sehingga pada masa ini, corak aqidah bersifat monopolitik, yaitu hanya ada satu bentuk ajaran tanpa perbedaan dan persanggahan dari para sahabat. Para sahabat yang mendatangi Nabi bukan untuk memperdebatkan ajaran yang dibawanya, tetapi menanyakan persoalan-persoalan yang belum mereka pahami.
Ketika Nabi Muhammad Saw. masih hidup, umat Islam masih bersatu-padu, belum ada aliran-aliran/firqah. Apabila terjadi perbedaan pemahaman terhadap suatu
persoalan, maka para sahabat langsung berkonsultasi kepada Nabi. Dengan petunjuk Nabi tersebut, maka segala persoalan dapat diselesaikan dan para sahabat
mematuhinya.
Para sahabat dilarang oleh Rasulullah Saw. memperdebatkan sesuatu yang dapat memicu perpecahan, misalnya tentang qadar. Sehingga pada masa ini, corak aqidah bersifat monopolitik, yaitu hanya ada satu bentuk ajaran tanpa perbedaan dan persanggahan dari para sahabat. Para sahabat yang mendatangi Nabi bukan untuk memperdebatkan ajaran yang dibawanya, tetapi menanyakan persoalan-persoalan yang belum mereka pahami.
2. Aqidah Islam Pada Masa Khulafa ar-Rasyidin
Pada masa Khulafa ar-Rasyidin, khususnya pada masa pemerintahan Abu Bakar (11-13 H), dan Umar bin Khattab (13-23 H) persatuan umat Islam masih bisa dipertahankan, biarpun pada awal masa kekhalifahan Abu Bakar ash-Ṣiddiq sempat muncul beberapa nabi palsu dan keengganan sebagian umat Islam membayar zakat, namun semua permasalahan tersebut dapat diatasi oleh Abu Bakar ash-Ṣiddiq.
Benih-benih perpecahan mulai muncul pada akhir masa pemerintahan Utsman bin Affan, yaitu ketika Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H) melakukan reformasi di
bidang administratur pemerintahan. Kebijakan yang diambil Khalifah Utsman tersebut berdampak kepada situasi politik yang tidak stabil.
Situasi politik yang tidak stabil pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan mencapai puncaknya dengan terbunuhnya khalifah ketiga tersebut. Peristiwa yang menyedihkan dalam sejarah Islam ini dikenal dengan istilah al-fitnah al-kubra (fitnah besar). Peristiwa ini dianggap sebagai pangkal munculnya firqah-firqah dalam Islam.
Benih-benih perpecahan mulai muncul pada akhir masa pemerintahan Utsman bin Affan, yaitu ketika Khalifah Utsman bin Affan (23-35 H) melakukan reformasi di
bidang administratur pemerintahan. Kebijakan yang diambil Khalifah Utsman tersebut berdampak kepada situasi politik yang tidak stabil.
Situasi politik yang tidak stabil pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan mencapai puncaknya dengan terbunuhnya khalifah ketiga tersebut. Peristiwa yang menyedihkan dalam sejarah Islam ini dikenal dengan istilah al-fitnah al-kubra (fitnah besar). Peristiwa ini dianggap sebagai pangkal munculnya firqah-firqah dalam Islam.
3. Aqidah Islam Pada Masa Bani Umayyah
Pada masa ini, perdebatan di bidang aqidah sudah sangat tajam. Kondisi ini terjadi karena kedaulatan Islam sudah mulai kokoh, sehingga umat Islam semakin leluasa untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran yang sebelumnya tidak disentuh.
Corak pemerintahan yang represif dari beberapa khalifah Bani Umayyah menyebabkan sebagian umat Islam bersikap apatis. Mereka beranggapan bahwa apa yang selama ini dialami oleh umat Islam pada hakikatnya sudah menjadi suratan taqdir. Corak pemikiran yang demikian ini sangat menguntungkan pihak pemerintahan. Maka paham ini dimanfaatkan pemerintah untuk melegitimasi segala kebijakannya. Tokoh yang memunculkan pemikiran ini adalah Jaham bin Abi Ṣufyān. Inilah yang kemudian dikenal dengan paham Jabariyah
Corak pemerintahan yang represif dari beberapa khalifah Bani Umayyah menyebabkan sebagian umat Islam bersikap apatis. Mereka beranggapan bahwa apa yang selama ini dialami oleh umat Islam pada hakikatnya sudah menjadi suratan taqdir. Corak pemikiran yang demikian ini sangat menguntungkan pihak pemerintahan. Maka paham ini dimanfaatkan pemerintah untuk melegitimasi segala kebijakannya. Tokoh yang memunculkan pemikiran ini adalah Jaham bin Abi Ṣufyān. Inilah yang kemudian dikenal dengan paham Jabariyah
4. Aqidah Islam Pada Masa Bani Abbasiyah
Pada masa ini, hubungan antara bangsa Arab dengan bangsa Ajam mencapai puncaknya. Komunikasi yang intens ini melahirkan corak pemikiran yang baru di dunia Islam. Gerakan penerjemahan filsafat Yunani dan Persia gencar dilakukan, sehingga terjadi transfer ilmu pengetahuan yang berasal dari luar Islam. Corak pemikiran baru ini kemudian dikembangkan oleh para pemikir Islam dalam disiplin ilmu yang dikenal dengan Ilmu kalam.
Pada masa pemerintahan al-Ma’mun, al-Mu’tashim, dan al-Watsiq, aliran Mu’tazilah dijadikan sebagai faham resmi kekhalifahan Bani Abasiyah, sehingga para ulama yang berpengaruh diuji aqidahnya, yang dalam sejarah dikenal dengan mihnah.
Pada masa pemerintahan al-Ma’mun, al-Mu’tashim, dan al-Watsiq, aliran Mu’tazilah dijadikan sebagai faham resmi kekhalifahan Bani Abasiyah, sehingga para ulama yang berpengaruh diuji aqidahnya, yang dalam sejarah dikenal dengan mihnah.
Adapun faham aqidah yang dikembangkan oleh Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi dapat tersebar luas karena beliau mempunyai murid-murid yang mampu mengembangkan pemikiran gurunya. Diantara Ulama yang mengembangkan pemikiran Abu Hasan al-Asy’ari adalah: Abu Bakar al-Baqillani, Abu Ishaq al-Isfarayini, Imamul Haramain al-Juwaini, dan al-Ghazali.
5. Aqidah Islam Sesudah Bani Abbasiyah
Pada masa ini, paham Asy’ariyah dan Maturidiyah mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga menjadi paham mayoritas umat Islam. Corak pemikiran yang mudah dipahami, dan mampu mengkolabirasikan antara dalil naqli/nash dan pendekatan akal/filsafat menjadikan aliran Asy’ariyah dan Maturidiyah menjadi aliran yang banyak dikikuti oleh umat Islam. Aliran ini kemudian dikenal dengan sebutan ahlu al-sunnah wa al-jama’ah dan menjadi paham mayoritas umat Islam.
Pada permulaan abad ke-8 H, muncul Taqiyyudin Ibnu Taimiyah di Damaskus yang berusaha membongkar beberapa pemikiran Asy’ariyah yang dianggapnya tidak murni bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadiś. Pemikiran Ibnu Taimiyah ini kemudian dikenal dengan gerakan Salafi. Pada perkembangan selanjutnya muncul pemikir-pemikir Islam seperti Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Jamaluddin al-Afghani, Rasyid Ridlo, Muhammad Abduh, dan Muhammad bin Abdul Wahab.
Pada permulaan abad ke-8 H, muncul Taqiyyudin Ibnu Taimiyah di Damaskus yang berusaha membongkar beberapa pemikiran Asy’ariyah yang dianggapnya tidak murni bersumber dari al-Qur’an dan al-Hadiś. Pemikiran Ibnu Taimiyah ini kemudian dikenal dengan gerakan Salafi. Pada perkembangan selanjutnya muncul pemikir-pemikir Islam seperti Ibnul Qayyim al-Jauziyah, Jamaluddin al-Afghani, Rasyid Ridlo, Muhammad Abduh, dan Muhammad bin Abdul Wahab.